INDONESIA PARLEMEN – Kurangnya pemahaman  masyarakat secara utuh terhadap cita-cita, pemikiran dan spirit perjuangannya RA Kartini menjadi latar belakang Yayasan Kartini Indonesia ( YKI)  menyelenggarakan Peringatan Haul 113 Tahun Wafatnya RA Kartini. Sabtu (16/9/2017).
Kartini meninggal tanggal 17 September 1904. Acara yang berlangsung di Kedai Kebun Kita desa Bondo Ini dihadiri oleh para aktivis perempuan, budayawan,  guru,  seniman dan  pelajar. Diantara yang hadir adalah Dwi Prihandini, aktivis perempuan pendiri dan sekaligus direktur Clerry – Cleppy Institute Maluku dan Ainun Latif pembina Gardu Baca. Dwi Prihandini pada kesempatan tersebut menyerahkan buku Autoimmune the True Story. untuk rumah baca Pohon Pintar desa Bondo dan Gardu Baca Banjaragung. Dwi Prihandini merupakan salah satu kontributor buku yang diterbitkan oleh Mariza Cordoba Foundation ini.
Acara haul  dikemas dalam balutan budaya dan seni hingga menarik untuk disaksikan.  Sampai acara selesai pukul 22.30, para peserta belum beranjak dari tempat duduknya.
Acara haul ini dibuka dengan tahlil dan refleksi tentang perjuangan Kartini oleh Zakariya Ansyori dan doa oleh Pendeta Yohanes Prapto Basuki. ” Kartini adalah tokoh yang sangat toleran dan pluralis.  Beliau layak menjadi teladan kita.  Apalagi dalam suasana bangsa seperti ini” ujar Yohanes Prapto Basuki.
Acara yang juga menampilkan paguyuban karawitan Mustika Laras Kancilan ini dirangkai dengan narasi sejarah dan juga surat-surat Kartini yang berisi gagasan dan pemikirannya oleh para pelajar dan senian.
Diantara yang menarik adalah penampilan budayawan Iskak Wijaya dan Dinda Kirana yang membawakan musikalisasi drama Kartini. Juga penampilan Dina,  pelajar SMAN Bangsri yang membawakan lagu Ibu Kita Kartini dalam aransemen seriosa. Disamping itu tampilnya Ichone Sang Pujangga yang membawakan kisah  dan surat Kartini juga mampu memukau pengunjung. Sebelumnya,  tampil Risa Mutafariha,  salah seorang pegiat literasi berbasis anak anak pedesaan juga menarik perhatian.
Acara dialog yang dipandu oleh Wienarto Asma juga dikemas secara menarik. Nara sumber yang diminta untuk memberikan testimoni terhadap cita cita,  pemikiran Kartini antara lain Sutarya,  Tigor,  Ainun Latif,  Iskak Wijaya dan Dwi Prihandini.
Sementara Ketua Yayasan Kartini Indonesia,  Hadi Priyanto mengungkapkan acara haul ini dimaksudkan untuk menyemai tumbuhnya anak anak ideologis Kartini yang benar benar mengetahui dan memahami cita cita,  pemikiran serta semangat Kartini. Harapannya anak bangsa ini  bersedia melanjutkannya.  “Karena itu perlu revitalisasi peringatan hari Kartini agar anak anak kita memahami secara utuh dan benar tentang Kartini. Beliau tidak hanya sebatas pahlawan emansipasi.  Tetap pemikiran, cita cita dan perjuangannya terbukti menjadi sumber inspirasi para pemuda pergerakan waktu itu.  Kartini adalah Penyulut Api Nasionalisme “ujar Hadi Priyanto dalam rilisnya.  (Jaenal)‎