JAKARTA – Tiga puluh dua guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dari Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, mendatangi gedung MPR.

Kedatangan mereka diterima oleh anggota MPR dari Fraksi Nasdem yang juga anggota Badan Penganggaran MPR Fadholi, Kabiro Humas Siti Fauziah, Kabag Pemberitaan Lembaga dan Layanan Informasi Rharas Esthining Palupi, dan Kepala Bagian Perpustakaan Roosiah Yuniarsiah. “Saya seharusnya ke Australia namun karena menerima bapak, ibu, maka keberangkatan ke Australia, saya tunda,” kata Fadholi saat menerima mereka di Ruang Presentasi Perpustakaan MPR, Senin (23/10/17) siang.

Di ruangan itu, Fadholi memberi pemaparan mengenai tugas-tugas DPR dan MPR. Dikatakan, dirinya selain menjadi anggota MPR juga menjadi anggota DPR. “Anggota MPR terdiri dari anggota DPR dan DPD,” jelasnya.

Sedang tugas MPR disebut oleh Fadholi selain masalah kenegaraan juga melakukan Sosialisasi Empat Pilar. Sosialisasi Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, keempatnya sangat penting sebab saat ini nilai-nilai luhur bangsa tergerus oleh nilai-nilai globalisasi. “Nilai-nilai luhur harus dipertahankan,” ujarnya.

Sebagai lembaga negara yang berbeda, maka tugas DPR dan MPR pun tak sama. Di DPR disebut ada 11 komisi. Masing-masing komisi menangani masalah yang berbeda, terkait masalah nasib guru itu akan dibahas di Komisi X.

“Nilai-nilai luhur harus dipertahankan,” ujar pria asal Salatiga, Jawa Tengah ini. Dia mencontohkan bila di kampung halaman, satu sama yang lain saling mengenal, lain dengan kehidupan di kota besar. “Satu gang saja bahkan nggak kenal,” keluhnya.

Fadholi mencontohkan yang lain, seperti orang sekarang lebih memilih nongkrong di caffe kopi asing padahal harganya terbilang mahal, secangkir bisa Rp40 ribu, sementara di warung kopi masyarakat harga kopi hanya Rp4000. Kemudian orang juga suka makan di rumah makan ayam goreng dari luar negeri. “Padahal ayamnya itu dari Indonesia sendiri bukan dari asing,” ucapnya. Untuk itu dirinya mengharap agar Indonesia tidak kalah bersaing dengan produk luar, makanya harus bisa memasak dan mengolah makanan yang lebih bagus dibanding dengan bangsa lain.

Sebagai guru PPKN apa yang diajarkan, menurut Fadholi, sama dengan apa yang dilakukan oleh MPR, yakni mensosialisasikan Empat Pilar. “Bapak, ibu, mempunyai peran dalam meletakan dasar pemahaman kebangsaan,” ujarnya.

Diharapkan bila mereka mempunyai gagasan tentang paham kebangsaan yang berasal dari lingkungan sekolah, gagasan itu bisa ditulis atau diungkapkan. Dengan cara yang demikian kita bisa merawat nilai-nilai kebangsaan.

Kedatangan mereka menurut Siti Fauziah diharapkan bisa membawa manfaat. “Kami berterima kasih atas kunjungannya,” ujarnya. Dalam kunjungan tersebut, para guru bisa menyampaikan aspirasinya. “Bisa bertanya langsung pada anggota MPR, Bapak Fadholi,” paparnya.

Senada dengan Siti Fauziah disampaikan Rharas Esthining Palupi. Rharas Esthining Palupi mengatakan MPR telah menerima delegasi dari instansi pendidikan dari level PAUD hingga mahasiswa dan guru-guru serta organisasi masyarakat.

Sementara Kabag Pemberitaan Lembaga dan Layanan Informasi Rharas Esthining Palupi mengatakan, MPR telah menerima delegasi dari instansi pendidikan dari level PAUD hingga mahasiswa dan guru-guru serta organisasi masyarakat. “Menerima delegasi dari masyarakat khususnya kalangan pendidikan merupakan bentuk pelayanan dari MPR. Saya bersyukur karena kedatangan bapak, ibu, langsung bisa diterima oleh anggota MPR, dengan demikian bisa langsung menyampaikan aspirasinya,” tuturnya. (Jones)