BANDA ACEH – Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Unsyiah, Maulida Ariandy S mengecam kegiatan joget ala Korea di Unsyiah Fair XII beberapa waktu lalu.

“Unsyiah merupakan salah satu kampus yang selama ini berdiri tegak untuk mengawal pelaksanaan syariat Islam di provinsi Aceh,” kata Maulida dalam rilisnya, Sabtu 11 November 2017.

Sebagai kampus terbesar yang telah banyak melahirkan para pemimpin khususnya di Aceh. Unsyiah tidak hanya mencetak sarjana yang memiliki intelektualitas yang tinggi dan juga memiliki tujuan untuk menghasilkan orang-orang yang cerdas tapi mencetak generasi yang taat untuk menjalankan syari’at Islam di Aceh.

Namun beberapa hari ini kampus Unsyiah ternodai oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dengan memproduksi kegiatan kegiatan yang melanggar syariat.

“Kami juga sangat menyesalkan adanya stetmen dari pejabat di Unsyiah yang mengatakan bahwa kegiatan tersebut sangat baik karena kegiatan seperti itu mengasah kreatifitas mahasiswa,” pungkas Ariandy.

“Kami paham bahwa pejabat yang bersangkutan seharusnya memiliki tupoksi sebagai pembina kegiatan kemahasiswaan. Namun yang terjadi beliau malah memberikan pembenaran bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan positif,” sambungnya.

Menurut Maulida, kejadian ini terjadi karena lemahanya pengawasan dari rektorat. Padahal, Unsyiah secara keseluruhan baik mahasiswa, alumni, dosen dan karyawan mendapat stigma negatif dari masyarakat.

Terkait diselenggarakan acara Unsyiah Fair XII, Ariandy sangat menyesalkan. “Apalagi yang mengadakannya adalah kampus jantung hate rakyat Aceh,” kesalnya.

“Kami berharap rektor segera mengakhiri permasalahan ini dengan segera mungkin dengan meminta maaf kepada seluruh rakyat Aceh sebelum adanya kemarahan dari berbagai pihak dan elemen masyarakat Aceh,” demikian yang disampaikan Maulida. (Muhd)