JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj mengaku bangga dengan para ulama Indonesia. Hal itu yang diungkapkannya saat menyampaikan ceramah di beberapa negara. Salah satunya, saat diundang berceramah ke Al-Azhar di Mesir, itu menjadi hal yang membanggakannya karena di sana tempatnya para ulama.
“Arab lagi kepengen seperti Indonesia, makanya saya ceramah di Mesir, di Al-Azhar,” ujar Aqil saat konferensi pers persiapan Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Gedung PBNU, Senin (20/11/17).

Yang diceramahinya tak hanya mahasiswa S1, tetapi grend syekh, dekan-dekan dan promotor datang. “Mereka ingin tahu Islam Nusantara, pernah juga ceramah di Maroko di depan raja menyampaikan Islam Nusantara,” jelasnya.

Anehnya, kata dia, justru orang-orang Indonesia yang beberapa tahun belajar di Arab, pulang ke Tanah Air bersikap dan bertingkah lebih Arab daripada orang Arab itu sendiri. 

Aqil mengatakan, pernah ceramah di Taiwan, Hongkong, Korea Selatan dan Jepang. Di sana ada yang masuk Islam. “Saya bangga diundang Al-Azhar, gudangnya ulama. Mereka ingin seperti Indonesia,” kata Ketua PBNU ini.

Artinya, budaya Indonesia lebih unggul dan mulia dari budaya mereka. Urutannya pesanten melahirkan Nahdlatul Ulama, Nahdlatul Ulama dari Ahlussunnah wal jamaah. Ahlussunnah wal jamaah punya konsep Pancasila lalu dibungkus Islam Nusantara.

“Islam yang dibangun di atas infrastruktur budaya. Budaya dilestarikan, Islam di atas budaya itu. Kecuali budaya yang bertabrakan dengan syariat,” paparnya.

Aqil juga menegaskan bahwa NU tidak akan surut memerangi radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama Islam. “Tak peduli orang lain mau bilang apa, ini juga demi Islam,” tegasnya.

Munas Alim Ulama dan Konbes NU digelar di Nusa Tenggara Barat tanggal 23-25 November dengan tema Memperkokoh Nilai Kebangsaan Melalui Gerakan Deradikalisasi dan Penguatan Ekonomi Warga.

Menurutnya NU bersemangat memerangi radikalisme-terorisme yang mengatasnamakan agama Islam karena justru mencoreng wajah Islam itu sendiri. “Di Al Quran disebutkan tidak ada yang paling jahat melebihi orang yang melakukan kejahatan atas nama Tuhan atau Islam. Itu paling jahat,” katanya.

Aqil mengatakan, Nabi Muhammad SAW telah memprediksi bakal munculnya orang-orang yang membaca Al Quran tetapi tidak paham substansinya, sehingga mereka akan melakukan tindakan yang mereka anggap sesuai tuntunan Islam, padahal sebaliknya.

Dia mencontohkan, pelaku pembunuhan terhadap khalifah yang juga menantu Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib, yang menyebut tindakannya itu juga demi Islam. Jadi, radikalisme terorisme sama sekali bukan ajaran Islam, justru bertentangan dengan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Islam moderat, Islam Nusantara, Islam yang ramah yang selama ini dipraktikkan umat Islam Indonesia itulah wajah Islam yang sebenarnya. (Jones)