TANJUNG PINANG – Ketua MPR Zulkifli Hasan mengutuk aksi teror di masjid Al-Rawdah di Mesir. Aksi teror itu disebut biadab. “Biadab dan terkutuk. Atas nama apapun terorisme tak bisa dibenarkan,” ujar Zulkifli saat kunjungan kerja di Tanjungpinang Kepulauan Riau, Sabtu (25/11/17) siang.
Melalui keterangan tertulisnya, dia mengatakan tak ada ajaran agama yang mengajarkan kekerasan dan pembunuhan. Umat beragama, selayaknya berlomba dalam kebaikan, bukan meneror.

“Agama mengajarkan kemanusiaan dan belas kasih pada sesama, walaupun beda tapi berlomba dalam kebaikan. Terorisme tak punya Agama, bangsa Indonesia mengutuk pengeboman di Mesir,” jelasnya.

Serangan teror di Mesir yang menewaskan lebih dari 200 orang itu terjadi ketika sejumlah orang bersenjata menyerbu dan meledakkan bom di masjid tempat jemaah melaksanakan salat Jumat, bom diledakkan setelah sejumlah pria bersenjata melepas tembakan ke arah jemaah.

Pemerintah Mesir telah menetapkan serangan yang terjadi di Masjid Al-Rawdah itu sebagai aksi teror. Presiden Al-Sisi juga menetapkan masa berkabung nasional selama tiga hari untuk menghormati para korban.

Insiden ini terjadi di Masjid Al-Rawdah di Bir al-Abed, yang berada di Kota El-Arish, kota terbesar di Provinsi Sinai Utara. Pelaku meledakkan bom dan melepaskan tembakan ke arah jemaah yang baru menunaikan ibadah salat Jumat. Bahkan pelaku juga menembaki ambulans yang berada di lokasi.

Menurut kantor berita AFP, para penyerang mengepung masjid  dengan sejumlah kendaraan off-road dan memasang satu bom di luar masjid. Pelaku kemudian menabrak jemaah yang panik ketika berusaha menyelamatkan diri. Para pelaku dilaporkan juga menutupi jalan-jalan ke arah masjid dengan kendaraan yang dibakar. Para korban serangan itu meliputi warga sipi dan peserta wajib militer yang sedang salat di masjid itu.

Serangan terhadap masjid Muslim Sufi yang dipandang sebagai orang yang tidak beriman oleh ISIS itu juga melukai lebih dari 100 orang dan merupakan salah satu kekejaman paling mematikan dalam sejarah modern Mesir.

Selain menyerang warga sipil, yang tidak hanya mensasar umat Kristen atau Sufi tetapi juga suku Bedouin yang dituduh bekerja untuk tentara. masjid itu dikenal tempat berkumpul penganut sufi. ISIS, seperti juga kelompok Salafi, memandang Sufi sebagai bid’ah dan percaya pada orang-orang Kudus.

Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas teror brutal tersebut. Namun diyakini bahwa penyerang adalah milisi yang berafiliasi dengan ISIS. (Jones)