JAKARTA – Ingin banyak mengoleksi pahala dalam waktu singkat dan terus menerus? Jawabannya ada pada amalan jariyah. Karena, amalan ini memungkinkan kita mendapatkan pahala dari amalan kebaikan orang lain tanpa kita melakukannya. Asyik bukan?
Amal Jariyah adalah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya, walau pun orang yang melakukan amalan tersebut sudah meninggal dunia. Amalan tersebut terus menghasilkan pahala yang terus mengalir kepadanya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali- Imron ayat 92).

Selain ayat Al Qur’an, ada juga hadist yang menerangkan tentang amal jariyah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, iaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya.” (Hadist Riwayat Muslim).

Amal jariyah memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan terpuji di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Meski hukumnya tidak wajib akan tetapi amal jariyah sangat dianjurkan bagi umat Islam. Sebagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda yang

Artinya, “Jangan kamu malu dengan pemberian yang sedikit kerana tidak memberi langsung lebih sedikit daripadanya.”

Adapun sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain adalah, “Sesungguhnya sedekah itu benar-benar dapat memadamkan panas kubur bagi pelakunya, sesungguhnya orang mukmin kelak di hari kiamat hanyalah bernaung dalam naungan sedekahnya. (Hadist Riwayat Al-Tabrani).
Macam-macam Amal Jariyah

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya di antara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya meninggal dunia ialah ilmu yang disebarluaskannya, anak soleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibina, rumah yang dibina untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang ramai, dan harta yang disedekahkannya.” (Hadist Riwayat Ibnu Majah).

Dalam hadist tersebut di atas, ada tujuh macam amal yang tergolong amal jariyah sebagai berikut.

Pertama, Ilmu yang di sebarluaskan. Banyak cara untuk menyebarkan ilmu seperti memberikan materi pada forum-forum diskusi, memberikan ceramah-ceramah di masjid, memberikan motivasi-motivasi, menulis buku, menulis kitab agama, menulis artikel yang bermanfaat bagi orang lain, dan lain-lain.

Kedua, anak yang sholeh. Tak hanya membuat orangtua tenang, anak sholeh ternyata merupakan investasi sangat berharga bagi orangtuanya, karena seluruh kebaikan yang dilakukan anak, tidak akan lepas dari keteladanan dan ajaran orangtua. Karenanya, memiliki anak sholeh merupakan impian bagi semua orang.

Ketiga, mushaf (kitab-kitab agama) yang diwariskan. Mewariskan kitab suci Al-Quran, kitab tafsir Al-Quran, mushaf (buku agama), dan buu buku lain yang menjadi penyebab pewarisnya melakukan kebaikan ternyata dapat bermanfaat bagi pemberinya.

Keempat, membangun masjid. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang membangunkan sebuah masjid karena Allah walau sekecil apa pun, maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di syurga.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).

Kelima, memberikan tempat bagi para musafir untuk menginap. Memberikan tempat menginap bagi para musafir sangat dianjurkan baik itu semalam atau beberapa malam, baik sebentar atau lama.

Keenam, sungai yang dialirkannya untuk kepentingan umum. Mengalirkan air secara baik dan bersih ke tempat-tempat orang yang memerlukannya atau menggali sumur di tempat yang sering dilalui atau didiami orang banyak. Semakin banyak orang yang memanfaatkannya semakin banyak ia menerima pahala di akhirat.

Ketujuh, harta yang disedekahkannya. Sedekah yang diberikan secara ikhlas akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda. Selain harta yang diberikan sebagai sedekah, termasuk juga mewakafkan tanah untuk pembangunan pendidikan Islam, rumah anak yatim, ma’had tahfidz, tanah perkuburan dan rumah oarng-orang tua. Selagi tanah tersebut digunakan untuk kebaikan maka pahalanya akan berterusan kepada pemberi tanah wakaf tersebut. (Sur)