JEPARA – Ikhtiar untuk menjaga dan merawat perdamaian tidak boleh hanya berhenti pada tataran diskusi diruang-ruang tertutup dan formalistik, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Upaya itu dapat dilakukan dengan cara merumuskan bersama-sama dan melakukan tindakan nyata ditengah-tengah masyarakat. Hal tersebut diungkapkan oleh Muhammad Syariful Wa’i dihadapan peseerta Silaturahim unttuk Perdamaian yang berlangssung Minggu ( 11/2 ) di RM Maribu Jepara.

Acara yang diselengggarakan oleh Yayasan Kartini Indonesia,Yayasan Damai Bagi Negeri dan Padepokan Cakra Latifah ini diikuti oleh tokoh lintas agama, penghayat kepercayaan dan budayawan Jepara. Acara yang dipandu ooleh Wienarto Asma ini juga menampilkan pembacaan puisi, gurit dan tembang oleh Udiik Agus DW, Sunardi Ks, Dimas Toti dan Ki Hadi Purwanto.

Lebih jauh Muhammad Syariful Wa’i mengungkapkan, virus perdamaian harus terus disuarkan hingga hingga akar rumput. “Isu tentang keadilan, penegakan hukum, lingkungan, pendidikan, pemerataan pembangunan, dan kesehatan akan mudah dipahami oleh masyarakat.

Harapannya akan semakin banyak orang yang menyuarakan perdamaian dan mengupayakannya dengan sungguh-sungguh ”ujar Muhammad Syariful Wa’i. Harapan untuk bersama-sama merawat perdamaian ini juga disampaikan oleh Yohanes Prapto Basuki dan Gendro Surya Kartika.

“Peran tokoh agama dan tokoh masyarakat sangat besar dalam menjaga bangsa yang sangat majemuk” ujar Yohanes Prapto Basuki, Ketua Yayasan Damai Bagi Negeri.

Sementara, Gendro Surya Kartika melihat, kebudayaan bangsa yang adhiluhung akan dapat menjadi perekat kemejemukan bangsa. “Saya optimis spirit perdamaian ini bisa dijaga bila kita bersama-sama merawat budaya bangsa,” ujar Gendro Surya Kartika, Ketua Padepokan Cakra Latifah.

Sedangkan Iskak Wijaya melihat pada kahekatnya perdamaian adalah sebuah keinginan bersama bangsa ini . Hanya persoalannya ada kelompok yang ingin memanfaatkan isu-isu suku, agama, ras dan antar golongan untuk memecah belah bangsa untuk mencapai kekuasaan.

“Isu ini dimanfaatkan untuk menebar kebencian dan bahkan teror atas nama Tuhan,” ujar Iskak Wijaya yang juga pegiat budaya dari Yayasan Kartini Indonesia.

Iskak juga mengajak para peserta dan masyarakat untuk mengutuk teror yang terjadi pada simbul-simbul agama seperti penyerangan gereja Santa Ledwina di Sleman, kekerasan terhadap KH. Umar Basri pimpinan Ponpes Al Hidayah Bandung dan bahkan pembunuhan terhadap Ustad Prawoto Sepakat dilanjutkan.

Ketua Yayasan Kartini Indonesia, Hadi Priyanto yang menjadi penyelenggara acara ini memberikan apresiasi terhadap usulan peserta untuk melanjutkan silaturahim bagi perdamaian dengan banyak melibatkan unsur keberagaman. “Kami berharap, kegiatan ini tidak menjadi yang pertama dan terakhir” ujarnya.

Sementara Mujiono menggundang semua peserta ikut dalam pertemuan lanjutan. “Kami siapkan tempat dan bahkan untuk jumlah peserta yang lebih banyak” ujar Mujiono.

Hal senada juga diungkapkan oleh Suyito Basuki dan Hadi Purwanto. “Kedepan kita harus mengajak semakin banyak orang yang mewakili keberagaman yang ada di Jepara,” ujar Hadi Purwanto. (Rai)