JEPARA – Dukungan atas kehadiran Forum Silaturahim untuk Perdamaian ( ForSUP ) yang digagas dan di deklarasikan oleh Yayasan Kartini Indonesia, Yayasan Damai untuk Negeri dan Padepokan Cakra Latifa tanggal 11 Februari lalu terus berdatangan. Bukan saja dari tokoh lintas agama, penghayat, budayawan, seniman, guru, kalangan akademisi, politisi tetapi juga dari aktivis perempuan di Jepara. Dukungan ini nampak pada silaturahmi kedua yang berlangsung Senin (19/3/2018) di RM Lumintu 2, dengan tema merawat benih damai melalui budaya lokal.

Acara yang dipandu oleh Wienarto dan Dinda Kirana ini diawali dengan pembacaan puisi Damai oleh Didin Ardiansyah, Ketua Estetika Jungpara.
Dari 102 orang yang hadir pada sarasehan ini, nampak sejumlah tokoh seperti Nurohman Fauzan, Lilo Sunaryo, Suharno, Maswan, Widodo Basuki Rahajo, Danang Kurniawan, Iskak Wijaya dan Mujiono. Juga tokoh lintas agama, Islam, Kristen, Budha, Hindu, Penghayat, seniman, politisi, guru dan pengelola rumah baca. Sedangkan dari aktivis perempuan nampak hadir Hindun Anisah, Ainun Latif dan Ninik Anggreni.

Ketua Yayasan Kartini Indonesia, Hadi Priyanto saat mengantarkan diskusi pada acara ini mengungkapkan, budaya lokal bisa efektif untuk membangun perdamaian dalam keberagaman bangsa yang multi etnis. “Jika kepentingan pribadi, golongan dan politik sering kali bisa mengusik perdamaian kita, budaya bisa menjadi media yang memiliki daya tarik bagi upaya untuk merawat dan menjaga perdamaian ditengah-tengah kemajemukan. Budaya juga bisa menjadi jalan keluar dan solusi konflik yang mungkin saja terjadi ditengah-tengah masyarakat. Karena itu anak dan generasi muda harus diberikan pemahaman tentang hidup damai dalam keberagaman,” ujar Hadi Priyanto.

Pernyataan ini didukung oleh Hindun Anisah, salah satu aktivis perempuan yang hadir pada kesempatan ini. “Namun saya menyayangkan, tidak banyak perempuan yang hadir pada silaturahim ini. Padahal perempuan memiliki peran besar dalam menanamkan spirit perdamaian dalam keberagaman kepada anak-anak dan juga masyarakat,” Ujar Hindun Anisah.

Sementara, Ninik Anggraeni yang juga penyuluh agama Hindu berharap, dari forum silaturahim untuk perdamaian itu bisa lahir srikandi – srikandi perdamaian. “Perempuan Jepara memiliki inspirasi 3 tokoh perempuan yang hebat, Ratu Shima, Ratu Kalinyamat dan RA Kartini. Karena itu perempuan Hindu menyambut hangat lahirnya forum ini. Harapannya, akan mampu menyebarkan virus perdamaian ditengah-tengah masyarakat yang sangat beragam, dimulai dengan membangun pribadi-pribadi yang mengedepankan kedamaian,” ujar Ninik.

Sementara Ainun Latif, berharap, forum ini terus dikembangan hingga semakin banyak yang terlibat dan terbeban untuk mewujudkan perdamaian.

Dukungan agar forum silaturahim ini terus dikembangkan juga muncul dari akademisi Unisnu Nurohman Fauzan dan Maswan, Ketua PIKI Basuki Bambang Raharjo, Ketua Pepadi Suharno, Penyuluh Agama Hindu Harko serta tokoh aktivis Jepara Lilo Sunaryo. “Kami memberikan apresiasi atas lahirnya forum silaturahim yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat. Harapan kami forum ini tetap di jalur awalnya, menebarkan virus perdamaian ditengah keberagaman bangsa,” ujar Nurohman Fauzan.

Sementara Danang Kristiawan mengingatkan, damai bisa dihadirkan jika kita mampu menghadirkan dan menerima eksistensi manusia yang beragam ini secara lengkap dan utuh. “Tidak ada perdamaian jika tidak ada keadilan. Perdamaian adalah pengakuan atas adanya perbedaan,” ujar Danang.

Sedangkan Ketua Yayasan Damai Untuk Negeri, Yohanes Prapto Basuki mengungkapkan admosfir damai harus di pertahankan dan dikembangkan untuk melawan isu-isu intoleransi yang dapat menggerogoti sendi-sendi kehidupan berbangsa. Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Padepokan Cakra Latifa, Gendro Surya Kartika. Hanya saja ia lebih mengedepankan budaya Jawa sebagai kekuatan untuk menjaga perdamaian bangsa yang beragam (Rai)