JEPARA – Peringatan Hari Kartini seharusnya tidak boleh hanya diadakan dengan menggelar kegiatan-kegiatan serimonial, tetapi harus juga memperhatikan penanaman nilai-nilai utama R.A. Kartini. Karena hanya dengan demikian peringatan tersebut bermanfaat bagi penguatan karakter masyarakat utamanya generasi muda dan anak anak.

“Ironisnya, sampai sekarang belum ada nilai-nilai utama R.A. Kartini yang tersusun baik dan lengkap. Bahkan pemangku kepentingan terkait, sepertinya mengabaikan persoalan ini,” ungkap Ketua Yayasan Kartini Indonesia, Hadi Priyanto saat membuka Forum Silaturahmi untuk Perdamaian ( ForSUP ) yang berlangsung di Telaga Sejuta Akar desa Bondo, Minggu (15/4).

Kegiatan yang diikuti seratus lebih aktivis perempuan pedesaan ini membahas thema Kartini, Perempuan dan Perdamaian. Sedangkan narasumber yang memantik diskusi ini adalah Yohanes Prapto Basuki, Iskak Wijaya dan Atik Ambarwati seorang pegiatan pemberdayaan perempuan dari Jakarta yang juga pengurus Yayasan Kartini Indonesia.

Oleh karena itu Yayasan Kartini Indonesia mengajak semua elemen masyarakat yang memiliki komitmen terhadap persoalan ini untuk duduk bersama.

“Kami senang jika para aktivis perempuan dipedesaan yang selama ini berjuang dengan diam diakar rumput mau terlibat dalam penyusunan nilai-nilai Kartini. Kami akan ajak mereka bergabung,” ujar Hadi Priyanto.

Sementara itu, Atik Ambarwati yang saat ini aktif dalam pemberdayaan petani jagung perempuan di NTB, mengajak kaum perempuan untuk terlibat aktif melakukan perubahan, utamanya kebudayaan.

“Perempuan harus berdaya sehingga ia mampu keluar dari jerat budaya yang sering kali menempatkan perempuan sebagai korban. Kasus tragedi pantai Kartini adalah potret buram atas ketidak berdayaan perempuan, bukan hanya persoalan pidana atau porno aksi. Ini sama yang dialami oleh R.A. Kartini,” ujar Atik Ambarwati yang saat ini juga menjadi fasilitator pemberdayaan PKK di Kodya Semarang.
Dukungan terhadap perumusan nilai utama R.A. Kartini juga muncul dari Ketua Yayasan Damai Bagi Negeri, Yohanes Prapto Basuki. Tujuannya tentu agar kita dapat belajar dari nilai-nilai utama R.A. Kartini.

“Jika nilai-nilai itu telah tersusun dengan baik, maka akan memudahkan anak-anak kita untuk belajar dari kepahlawanan beliau. Ini penting untuk materi pendidikan karakter. Harussnya para pemangku kepentingan memahami pentingnya rumusan nilai ini,” ujar Yohanes Prapto Basuki, salah satu penggagas ForSUP.

Sementara Iskak Wijaya mengungkapkan, penyusunan nilai ini referensi utamanya adalah pemikiran RA. Kartini yang ada dalam surat-suratnya yang ditulis mulai 1898 – 1904 kepada sahabat-sahabatnya dan juga nota kritik pada pemerintah Hindia Belanda. Dukungan untuk penyusunan nilai utama RA Kartini ini juga muncul dari Hesti Nugroho, Hindun Anisah dan Ainun Latif. (RAI)