JAKARTA – Ribuan massa yang tergabung dalam Koalisi Aksi Bersama kembali mendatangi Istana Negara dan Kementerian BUMN. Mereka kembali mendesak agar segera mencopot Direktur Utama PT Telkom, Alex J Sinaga.

Koalisi Aksi Bersama ini melihat apa yang dilakukan oleh Alex J Sinaga selama memimpin PT Telkom telah gagal, banyak kebijakan-kebijakannya yang tidak berpihak kepada masyarakat. Salah satunya adalah kegiatan Corporate Social Responbility (CSR) yang dilaksanakan oleh PT Telkom Indonesia Tbk di berbagai daerah terasa diskriminasi.

Kegiatan yang meliputi perbaikan sarana ibadah, akses air bersih hingga fasilitas pendidikan berupa BLC dan i-CHAT tersebut dikatakan menghabiskan dana hingga Rp. 3,95 Miliar. Salah satunya adalah pemberian bantuan untuk salah satu rumah ibadah di salah satu kabupaten di provinsi NTT yang menggunakan anggaran 3,5 Miliar Rupiah.

Diskriminasi ini terlihat saat kegiatan renovasi yang dilakukan PT Telkom sebagai bentuk komitmen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) “Hadir Untuk Negeri” sebagai wujud kontribusi dan sinergi BUMN untuk membangun, melayani dan memberikan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia dalam prakteknya dinilai tidak seimbang.

Sementara itu, PT Telkom memberikan bantuan kepada masjid raya Mujahidin Pontianak senilai 100 Juta Rupiah, sedangkan bantuan untuk Gereja di Kupang-NTT, Jayapura-Papua, Manokwari-Papua Barat, Pontianak-Kalimantan Barat, Ambon-Maluku dan Medan-Sumatera Utara senilai Rp. 3,4 Miliar.

Padahal, dana CSR adalah dana yang diperuntukkan untuk masyarakat secara adil dan proporsional. Gejala ketidak adilan ini jika dibiarkan akan berdampak buruk. Karena PT Telkom terkesan pilih kasih dalam memberikan bantuan kepada rumah ibadah. Dana bantuan CSR adalah dana bantuan yang harus disalurkan kepada masyarakat secara adil dan proporsial, tidak seperti sekarang. Alex Sinaga sebagai Dirut hanya mementingkan kelompok-kelompoknya (SARA) dan dinilai pilih kasih dalam menyalurkan bantuan keagamaan, sehingga menimbulkan kecemburuan sosial serta dapat memicu terjadi nya konflik SARA di masyarakat.

Tanpa bermaksud mengungkit-ngungkit masalah SARA, rakyat Indonesia yang 87% beragama Islam idealnya juga mendapat 87% dari dana CSR agar proporsional. Seluruh wilayah Indonesia berhak mendapatkan dana CSR sesuai dengan proporsinya masing-masing, dengan menjunjung tinggi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Seandainya saja dana 3,5 milyar rupiah untuk merenovasi 1 gereja dipecah-pecah ke beberapa sarana ibadah lainnya, tentu sudah puluhan bahkan ratusan sarana ibadah direnovasi.

Ternyata, diskriminasi pendistribusian dana CSR ini bukan yang pertama terjadi. Baru beberapa bulan menjabat sebagai CEO Telkom, tepatnya di bulan Mei 2015, Alex Sinaga memberikan instruksi agar Telkom membantu pembangunan gereja di Mansinam, Papua Barat.

Walaupun dikemas dengan adanya dana CSR untuk lingkungan pendidikan seperti BLC dan beasiswa yang nilainya tidak seberapa, dana CSR yang didistribusikan untuk gereja di Mansinam nilainya mencapai setengah milyar rupiah. Di tahun yang sama, dana CSR juga didistribusikan ke puluhan gereja yang nilainya mencapai 1,8 milyar rupiah.

Lanjut ke tahun 2016, tepatnya di bulan April 2016, Telkom diinstruksikan oleh Alex Sinaga untuk mendistribusikan dana CSR kepada Yayasan PT Toba Sejahtera. Di penghujung tahun 2016, dalam rangka menyemarakkan Natal dan menyambut tahun baru 2017, Telkom kembali mengeluarkan dana CSR dengan memberikan bantuan kepada lebih dari 50 gereja dan 20 yayasan di berbagai wilayah di Indonesia.

Adapun penyerahan bantuan ditandai pada saat kunjungan Alex Sinaga selaku CEO Telkom ke kantor Wilayah Telkom (Witel) Pematang Siantar, Sumatera Utara, yang merupakan tanah kelahiran Alex Sinaga, pada hari Jumat, 23 Desember 2016. Diantara yang menerima bantuan Natal tersebut, yaitu Gereja GKPS Sapagambei Sirpang Tolu P. Siantar, Gereja GKPS Kenangan Medan, dan Gereja GKPI Perumnas Manggala Medan.

Dari sisi kinerja, berdasarkan penjelasan para praktisi telekomunikasi, Telkom sangat beruntung telah diwarisi infrastruktur jaringan telekomunikasi yang sangat luas dari Sabang sampai Merauke sejak lama, sehingga Telkom memiliki modal utama yang dibutuhkan operator telekomunikasi dalam berkompetisi, yaitu 3C (Coverage, Coverage, dan Coverage).

Jadi siapapun yang mendapat warisan coverage tersebut, pasti dapat menahkodai Telkom dengan baik tanpa harus melakukan berbagai manuver yang “nyeleneh.”

Di samping itu, Telkom sangat didukung dan dilindungi oleh Pemerintah dalam berkompetisi, yaitu melalui Kementerian BUMN selaku pemegang saham dan Kementerian Kominfo selaku kementerian teknis. Peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini masih sangat berpihak ke Telkom.

Sehingga ibarat perlombaan, Telkom dapat berlari dengan kedua kakinya, sedangkan operator lain harus berlari dengan keadaan “kaki terikat.”

Lalu, apa istimewanya Telkom yang telah dipimpin Alex Sinaga selama bertahun-tahun jika Telkom sudah jelas-jelas diuntungkan di berbagai aspek dalam berkompetisi di Indonesia?

Dengan warisan Coverage yang melimpah, serta dukungan dari Kementerian BUMN dan Kementerian Kominfo, idealnya saham emiten Telkom terus menanjak, namun ternyata saham emiten Telkom mengalami penurunan hingga 3730 hingga saat ini di bursa saham. Sejak awal tahun atau periode year to date (ytd), emiten Telkom sudah mencatat penurunan harga saham 11%. Di periode yang sama, asing mencatatkan aksi jual bersih atas saham Telkom sebesar 1,57 triliun rupiah.

Penurunan ini jauh lebih besar dibandingkan penurunan harga saham rata-rata saham emiten BUMN yang meredup di sepanjang tahun ini. Sejak awal tahun hingga hari ini atau year-to-date (ytd), harga saham emiten BUMN dan anak usahanya mencatatkan penurunan rata-rata sebesar 6%.

Harga saham Telkom tertekan di BEI jatuh ke posisi kelima dalam kapitalisasi pasar. Harga sahamnya turun hingga 11%. Sebagai BUMN yang punya sumber daya besar, harga saham PT Telkom yang dibawah 4000 dan turun hingga 11% itu sangat buruk.

Hal ini disebabkan banyak investor yang sangat cerdas, tak bisa lagi dikelabui oleh “polesan-polesan” (make-up) performasi. Mereka melihat kinerja dan banyaknya permasalahan di tubuh Telkom yang dipimpin Alex Sinaga, hingga akhirnya melepas saham Telkom di bursa saham.

Koalisi Aksi Bersama pun menuntut agar pemerintah dalam hal ini, Presiden dan Kementerian BUMN untuk segera memberhentikan Alex Sinaga sebagai Dirut Telkom dan melakukan perombakan terhadap direksi TELKOM yang tidak kompeten, agar TELKOM dapat dikelola dengan baik dengan mengedepankan good corporate governance. “Mengusut tuntas penyebab kerusakan permanen satelit Telkom-1 yang telah merugikan banyak pihak,” kata Koordinator aksi, Ali di Istana Negara, Kamis (26/4/2018).

Ali juga mendesak agar segeara mengusut tuntas pendistribusian dana CSR Telkom yang diskriminatif terhadap kelompok atau golongan tertentu. Meminta kepada Menteri BUMN untuk segera mencopot Alex J Sinaga sebagai Dirut PT Telkom dan tidak memilih kembali Alex J Sinaga dalam RUPS. Meminta Alex J Sinaga segera mundur sebagai Dirut PT Telkom karena terlalu rasis.

“Mendesak Presiden Jokowi untuk segera menginstruksikan kepada Menteri BUMN agar secepatnya menggantikan Alex J Sinaga dari Dirut PT Telkom,” tandasnya. (RAI)