JAKARTA – 22 media siber (online ) di Indonesia yang tergabung dalam Aliansi Media Siber Indonesia (AMSI), Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) dan Google berkolaborasi untuk melawan hoax dengan meluncurkan Cekfakta.com.

Sebuah pertemuan bertajuk “Trusted Media Summit 2018” telah digelar di Hotel Grand Mela, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, yang digagas Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Asosiasi Media Siber Indonesia, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), Internews, dan Google News Initiative.

Cekfakta.com merupakan komitmen media massa siber di Indonesia untuk gotong-royong memverifikasi setiap hoaks yang tersebar.

Menurut Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informasi, Niken Widastuti, 53 persen masyarakat Indonesia terhubung dengan internet. Empat dari 10 orang Indonesia aktif di media sosial. Namun di sisi lain, minat baca Indonesia sangat rendah. Menurut UNESCO, Indonesia ada di peringkat 60 dari 61 negara dalam hal minat baca.

“Masyarakat Indonesia dalam menambah ilmu pengetahuan dan informasi dari buku sangat rendah. Tetapi masyarakat Indonesia sangat aktif di media sosial,” kata Niken, Sabtu (5/5/18) siang.

Pola komunikasi di media sosial diibaratkannya punya proporsi 10 persen produsen informasi dan 90 persen adalah penyebar informasi. Akan berbahaya bila hoax mendominasi produk informasi.

“CekFakta ini upaya gotong royong kita melawan penyebaran hoaks. Kita tidak lagi berperang melawan hoaks sendiri-sendiri, ini adalah saatnya kita kolaborasi, gotong-royong bersama,” kata Ketua Mafindo Septiaji Eko Nugroho, dalam sambutannya.

Ketua Umum AJI, Abdul Manan, menjelaskan, saat ini masyarakat sedang mengarah kepada perilaku tidak percaya terhadap platform (media sosial), misalnya ada gerakan ‘delete Facebook’. Di sisi lain, kepercayaan publik terhadap media massa mula bangkit.

“Ini atmosfer yang cukup bagus bagi wartawan dan media untuk mengambil kembali peran ‘konservatif’ yang kita miliki,” tegas Manan.

Dengan platform CekFakta.com ini, diharapkan klarifikasi atas hoaks bisa dilakukan lebih cepat, lebih sinergis, dan dapat disebarkan lebih luas melalui jejaring media yang berkolaborasi, dan media sosial. Semua masyarakat, termasuk pemerintah, penegak hukum, dan lainnya, bisa mencari tahu atau mengecek soal informasi hoaks yang berpotensi meresahkan.

Pada acara yang berlangsung hari ini dan besok, akan ada pelatihan bagi jurnalis demi meningkatkan kemampuan mengecek fakta. Cara menangkal hoax dan melakukan verifikasi disini adalah menggunakan peralatan-peralatan yang tersedia di Internet. Pelatihan dua hari untuk jurnalis dan sukarelawan Mafindo ini tidak dipungut biaya dan dilangsungkan dalam Bahasa Indonesia oleh pelatih-pelatih tersertifikasi Google.

Cara menangkal hoax adalah dengan menjalankan prinsip verifikasi, verifikasi terhadap informasi yang beredar adalah hal penting dalam jurnalisme.

Media yang ikut aktif bergotong-royong di sini adalah Tirto, Viva News, Swara.com, Kompas.com, Liputan6.com, Merdeka.com, Katadata.co.id, Berita Jatim, KBR.co.id, Mafindo, Bisnis.com, Berita Satu, detik.com, Kabar Medan.com, Kabar Makassar, Antara News.com, Times Indonesia.co id, Riau Online.co.id, The Jakarta Post.com, dan Republika.co.id.

Masyarakat umum (non-wartawan) juga bisa berpartisipasi lewat pengiriman informasi ke jejaring Mafindo (Turn Back Hoax). Ada pula aplikasi berbasis Android bernama Hoax Buster Tools yang mereka kembangkan, masyarakat bisa mengirimkan informasi via aplikasi itu.

Memasuki tahun politik, berita dan informasi hoaks untuk menjatuhkan lawan politik memang potensial sangat mudah menyebar melalui kanal-kanal media sosial, yang dapat menciptakan polarisasi seperti pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu dan dapat mengancam keutuhan NKRI. (Truspal/Jones)