PEKANBARU – Dalam bulan ini ada dua hasil survey berbeda pada pemilihan gubernur (Pilgub) Riau. Survey pertama dari lembaga survey Polmark merilis hasil survey yang memenangkan Syamsuar-Edy Natar dengan hasil 27,4 persen, disusul pasangan nomor 3 Firdaus-Rusli sebanyak 13,3 persen, pasangan nomor urut 2 Lukman Edy-Hardianto 8,9 persen dan pasangan nomor urut 4 Arsyadjuliandi Rachman-Suyatno sebesar 8,5 persen, rilis CEO Polmark, Eep Syaifulah, di Pekanbaru, Rabu (20/06/2018).

Pengamat politik Indonesian Public Institute (IPI) menilai setiap survey hasilnya tak pernah sama.

“Kan ada survey yang dibooking, atau pesanan. Ada yang murni. Wajarlah Polmark menempatkan Syamsuar – Edy Natar diposisi pertama. Kan menurut pengakuan direktur Polmark hasil survey ini dibiayai oleh pasangan tersebut,” kata Jerry.

Lanjut kata dia, dalam 2 survei terakhir, nama Edy-Hardianto berada diposisi puncak baik popularitas dan elektabilitas.

Bagi Jerry, jangan sampai ini hanya membangun public opinion semata. Rakyat Riau tidak bodoh memilih dan menilai mana calon yang punya new concept, master plan yang grand design yang jelas.

“Saya lihat semua itu di tangan Lukman Edy. Dia punya mid term goal, long term goal yang bagus untuk membangun Riau. Bagi kredibilitas Vox Populi tak dapat diragukan.

Perbedaannya kata Jerry, dari jumlah responden 1831 berbeda dengan Polmark yang respondennya hanya 1200, sedangkan margin error Vox Populi 2,29 persen sedangkan Poolmark 2,95 persen. Selanjutnya kata dia Undecided voters hasil Vox Populi 12 persen, poolmark 49 persen.

Jelas katanya ada banyak perbedaan. Yang penting survey ini berintegritas dan transpran. Tapi tambah Jerry, ini pengaruhnya hanya 3-5 persen saja. Yang mengejutkan pasangan Firdaus-Rusli Effendi 20,2 persen unggul atas Edy.

Sementara Jerry mempertanyakan hasil survey ini. “Jangan buat masyarakat bingung, dua survei lawan satu survey siapa yang menang, tanya Jerry?” Memang secara objektif banyak keunggulan survey yang dirilis oleh Vox Populi ketimbang Polmark. (Glen/Red)