TANGERANG SELATAN – Komunitas @TentangGolkar menggelar kegiatan diskusi politik terkait evaluasi pencapaian partai Golkar dalam Pilkada serentak 2018 yang baru saja digelar pada Juni lalu. Diskusi yg digelar dibilangan Tangerang Selatan tersebut digelar pada Jum’at (06/07/2018) siang, dengan menghadirkan beberapa narasumber. Fitron Nur Ikhsan selaku wakil ketua DPD I Partai Golkar provinsi Banten, Fahd Pahdepie selaku pengamat politik dan Direktur Eksekutif Digittroops Indonesia, Yohan Wahyu selaku Peneliti Litbang Kompas serta Mahadi Rahman Harahap selaku moderator acara diskusi Komunitas Tentang Golkar.

Menurut Fahd Pahdepie, dari hasil Pilkada serentak yang digelar di 171 kota dengan 17 provinsi, Partai Golkar menang di 9 provinsi dan 91 kota/kabupaten. Pencapaian ini merupakan hasil yang patut dicermati juga dikaji apakah hasil Pilkada tersebut linier dengan Pileg 2019 tahun depan.

“Berdasarkan hasil Pileg sebelumnya, hasil Pilkada tidak mencerminkan hasil di Pileg. Ada beberapa faktor kunci yang mempengaruhi hasil Pilkada, seperti personal/ketokohan yang paling penting menentukan hasil pilkada. Mengcapitalisasi kantong-kantong besar (Islam) karena bagaimanapun Islam adalah kunci kemenangan dalam pileg 2019. Kantong besar berikutnya adalah suara anak-anak muda (pemilih pemula), politik primordial putra daerah serta terakhir mesin partai merupakan beberapa hal yang menjadi faktor hasil yang sangat menggembirakan bagi Golkar,” tutur Fahd.

Ditempat yang sama, Fitron Nur Ikhsan wakil ketua DPD I Partai Golkar provinsi Banten menyatakan bahwa ada yang unik dari partai Golkar. Menurutnya partai Golkar adalah partai yang dari awal didesign siap dengan konflik. Maka dari itu partai Golkar memutuskan untuk mengambil peran dan keuntungan dari politik saat ini.

“Dalam partai Golkar, figur ketokohan sang ketua partai didaerah sangat berperan dan cukup menentukan, karena suara caleg sering kali lebih tinggi dari suara partai. Dan sejak Reformasi 98, Partai Golkar menjadi partai yang mampu beradaptasi dalam keadaan apa saja dan berharap Airlangga Hartarto sang Ketua umum akan dapat mendampingi Jokowi sebagai capres 2019 tahun depan. Partai Golkar sangat siap dan sangat layak menyodorkan kader terbaiknya untuk dapat maju menjadi Wapres mendampingi Jokowi,” tandasnya.

Sementara itu, Yohan Wahyu selaku Peneliti Litbang Kompas dikesempatan yang sama mengatakan, Pilkada 2018 merupakan ajang ujian bagi mesin partai. Lonjakan perolehan suara partai Gerindra dan PKS di Jateng dan Jabar adalah bukti mesin politiknya berjalan dengan baik.

“Partai Golkar merupakan partai yang memiliki pondasi kekuatan yang kuat, dengan melewati berbagai tantangan yang menerpa bertubi-tubi sangat kuat. Dan Partai Golkar selama ini telah mampu memerankankan perannya dalam berpolitiknya sebagai wilayah permainan abu-abu dan berhasil menempatkan kadernya paling banyak sebagai menteri, walaupun partai Golkar baru belakangan masuk kedalam koalisi partai Pemerintah,” pungkasnya.(Glen)