KOTA TANGERANG – Diduga telah terjadi polemik di kantin Sekolah Perguruan Tinggi Buddhi, timbulnya permasalahan dalam lingkungan kantin dengan koordinator kantin, masalah terjadi ketika adanya dugaan kejanggalan dalam tagihan pembayaran listrik untuk setiap kios-kios yang berada dikantin tersebut.

Koordinator kantin yang saat itu menjabat, Ibu Erlie yang biasa dikenal oleh para pedagang di kantin, juga bekerja sebagai pencatat meter dan penagih tagihan listrik di seluruh kantin Perguruan Buddhi Dharma, namun terjadi sebuah kisruh dan dugaan pelanggaran maupun penyalahgunaan wewenang.

Menurut salah seorang pedagang dikantin tersebut yang tidak mau disebutkan namanya, menuturkan kepada awak media saat dimintai keterangan. “untuk tagihan listrik kami bila bermasalah selalu dapat teguran, bahkan tindakan keras oleh Koordinator dan HRD Universitas Buddhi Dharma, tetapi ada salah satu stand yang menjual minuman dingin, yang ternyata milik koordinator kantin di jaga oleh suaminya, tapi kenapa dia tagihannya tidak sesuai dengan kapasitas yang digunakan,” ucapnya.

“Lanjutnya, kami sudah mencari tau dan menemukan kejanggalan dalam meteran yang berada di stand milik koordinator kantin, kita perhatikan bahwa meteran tersebut angkanya tidak berubah dalam beberapa jam, kwh dari meteran tersebut hanya naik 1-2 kwh, padahal stand tersebut menggunakan 5 lemari pendingin minuman,” tandasnya.

Setelah awak media investigasi ke lokasi dan disaksikan oleh pihak keamanan dan HRD Universitas Buddhi Dharma, selanjutnya ternyata benar meteran listrik tersebut tidak wajar dan sepakat, bahwa alat/ meteran listrik yang berada di stand tersebut janggal dan tidak layak digunakan, menurut salah seorang mekanik listrik sekolah tersebut (Pak Bejo), akan segera di ganti dengan meteran yang baru, ucapnya kepada awak media,” Rabu (2/5/18) lalu.

Karena sangat mencurigakan awak media meminta data pembayaran listrik stand kantin kepada Administrasi Universitas Buddhi Dharma, yang ternyata pembayaran hanya Rp. 234.000 sampai Rp. 240.000/ bulan, dengan adanya Pendingin sebanyak 5 Buah, sepertinya ada pembiaran, bahkan diduga tidak perduli dalam beberapa bulan dengan keadaan alat/ meteran listrik yang kurang wajar di stand kanting tersebut, yang pemiliknya koordinator kantin.

Setelah terjadinya penggantian alat/meteran listrik dengan yang baru, disitulah terlihat bahwa kwh meteran tersebut sudah normal dan berjalan sesuai pemakaian, bahkan tagihanya pun setiap bulannya sekarang sekitar Rp. 1jt/ bulan dimana sebelum meteran kwh diganti, stand tersebut hanya Rp.230-240 rb/bulannya.

Sehingga ada selisih yang sangat jelas dan adanya dugaan kerugian dalam beberapa bulan yang dialami Managemen Perguruan Buddhi.

Dalam perbincangan Awak Media dengan Pramana Winardi, menuturkan, “Bila memang adanya pelanggaran, maka akan kita berikan sangsi tegas untuk koordinator kantin jika memang terbukti,” tegasnya.

Hari kamis (26/7/18), diadakan pertemuan dengan beberapa awak media dengan beberapa Petinggi Sekolah Buddhi dan Universitas Buddhi Dharma yang di hadiri oleh Pramana Winardi, S.Ag,. Kabiro SDM dan GA Sekolah Buddhi, Junus Kamarga, MBA. HRD dan GA Universitas Buddhi Dharma, Gandi (Bejo) Teknisi Listrik Kantin yang menyatakan sudah ada tindakan tegas terhadap koordinator kantin tersebut.

Management dan Yayasan Perkumpulan Padummutara sebagai pengawas baik Sekolah Buddhi dan Univeraitas Buddhi Dharma sudah mengetahui permasalahan ini dan akan melakukan tindakan tegas terhadap kantin kantin telah melakukan kecurangan dan pelanggaran yang merugikan Yayasan Perkumpulan Padummutara, imbuhnya.

HRD Universitas Buddhi Dharma, Junus Kamarga menegaskan kepada awak media saat dimintai keterangan, kita dari pihak managemant sudah memberikan sangsi kepada kordinator kantin, “dimana kordinator kantin sudah diganti dan tidak lagi menangani kantin,” tandasnya.

Jadi, kordinator yang lama sudah tidak di aktifkan lagi untuk mengurusi kantin, dan ruangan kerjanya pun sudah dipindahkan, maka sudah selesai ya permasalahannya, kita dari pihak managemant sudah dilakukan tindakan, tambahnya. (Tim/Red)