KOTA KUPANG – Sungguh menakjubkan adalah kalimat yang pantas ditujukan kepada siswa-siswi SMA Negeri 6 Kota Kupang. Karena setelah mengungguli siswa-siswi lain dari sekian SMA di Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebagai juara pertama dalam lomba empat pilar, selanjutnya, 10 orang siswa-siswi SMA Negeri 6 Kupang ini dipercayai mewakili Provinsi NTT, untuk bersaing di tingkat nasional.

Kendati melalui persaingan yang cukup ketat namun mereka dapat menyingkirkan SMA lainnya dan mampu membuktikan sumber daya anak-anak NTT di kancah nasional dengan menorehkan prestasi yang gemilang dan membanggakan bagi dunia pendidikan di Provinsi NTT dengan lolos dalam babak final pada Tahun 2014 lalu.

Pada Tahun 2015, ketika hendak maju lagi dalam kompetisi yang sama terpaksa terhenti karena adanya penegasan bahwa sekolah yang sudah pernah ikut tidak diperbolehkan. Kemudian baru pada Tahun 2016, atas motivasi dan dukungan dari orang tua, guru-guru bidang study dan kelas, teman-teman, dan sahabat, setelah diperbolehkan kembali mengikuti ajang ini, akhirnya mereka mengukir prestasi dengan masuk dalam babak semi final.

Menurun satu langkah dari Tahun 2014, bukanlah hambatan bagi anak-anak dari Kepala Sekolah, Jemmy Alexander Baria ini menjadi putus asa.

Seperti kata pribahasa, bahwa “kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda”, melalui persiapan yang matang, mereka mempersiapkan diri untuk ikut lagi dalam ajang yang sama pada 25 Agustus sampai dengan 3 September 2018 di Gedung MPR-RI di Jakarta.

“Kami rekrut dan persiapkan anak-anak sejak sekolah di sini. Mereka dibimbing dari kelas X,XI dan XII. Materi dibagikan dan dibimbing,” terang Damaris.

Selain itu, Damaris Kaling menjelaskan, selain materi, anak-anak binaannya diwajibkan mengetahui jumlah suku-suku bangsa di Indonesia, ibukota Kabupaten/kota dan provinsi di Indonesia khususnya daerah pemekaran baru dan aikon-aikon terkenal di seluruh Indonesia, kata dia.

Damaris Aling mengaku, secara sumber daya, kemampuan anak bimbingannya sangat bagus dan bisa diandalkan namun masih ada kekurangan pada kedisiplinan.

“Anak-anak sudah memiliki kemampuan dan kemauan tapi kedisiplinan masih kurang sehingga mereka harus terus dipacu,” pungkas dia.

Dia menegaskan, keikutsertaan SMA Negeri 6 Kupang kali ini merupakan ketiga kalinya sehingga apapun yang terjadi hanya satu tekad bahwa mereka harus masuk ke babak greenfinal.

“Ini babak kebanggaan sehingga kami harus wujudkan mimpi itu,” ujar Damaris penuh semangat.

Dikatakan Guru bidang study PPKN SMAN 6 Kupang ini, lomba empat pilar meliputi mata pelajaran PPKN, wawasan tentang Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila. Namun untuk berkompetisi di ajang kali ini, pihaknya sudah berbenah dengan mempersiapkan anak-anak agar dapat menguasai beberapa materi, misalnya, ketetapan-ketetapan MPR secara menyeluruh; materi soal Tahun 2014 sampai dengan 2018, ringkasan Undang-Undang Dasar 1945, sebanyak 615 buah soal, jelas Damaris.

Damaris Kaling menuturkan, jumlah tim yang dipersiapkan guna mengikuti kompetisi ini sebanyak 10 orang dan telah melalui masa bimbingan yang ketat.

Sementara, Damaris saat ditanyai Wartawan apa harapannya, dengan mata berkaca-kaca dan suara terbata-bata, mengatakan semenjak bersedia menjadi guru pembimbing, dirinya berkeinginan mengharumkan nama Provinsi Nusa Tenggara Timur di mata Indonesia bahwa SMA Negeri 6 Kupang yang selama dipandang sebagai sekolah pinggiran di Kota Kupang juga memiliki integritas yang tidak berbeda dengan sekolah-sekolah yang dikatakan sebagai sekolah favorit di NTT.

Selain itu, dirinya berkeinginan membuktikan dan mengalihkan cara memandang orang terhadap dunia pendidikan, bahwa sekolah hanya sebatas sarana. Sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada anak serta tenaga pendidik.

“Saya bersedia menjadi guru pembimbing bagi anak-anak untuk mengharumkan nama provinsi NTT di mata Indonesia. Selain itu, saya mau bilang sekolah bukanlah satu – satunya ukuran guna mendapatkan Sumber daya manusia. Sekolah hanya sebatas. Sumberday itu tergantung anak”, pungkasnya.

Ester Teftae, salah satu anak bimbingan, dalam wawancara dengan awak media, mengaku selama mengikuti bimbingan selama dua tahun, dia bersama teman-temannya telah melalui banyak proses dan kendala, misalnya orang tua yang awalnya tidak menyetujui. Namun karena kekuatan niat dari mereka 10 orang tim ini untuk terus berjuang dan ingin belajar maka hasil itu pun datang dengan meraih juara pertama dalam lomba empat pilar tingkat provinsi NTT.

“Juara satu di tingkat NTT, Ini prestasi yang selain membanggakan bagi kami juga bagi orang tua dan almamater kami. Kami sangat terharu dan tidak bisa diungkapkan. Hanya dengan perasaan kami selalu bersyukur pada Tuhan, bahwa dari sekian sekolah yang mengikuti kompetisi bergengsi ini ternyata anggapan orang bahwa SMA Negeri 6 adalah sekolah di pinggiran Kota namun bisa bersaing dengan sekolah-sekolah favorit di NTT khususnya Kota Kupang”, ujar Ester dengan mata berkaca-kaca.

Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Kupang, Drs. Jemmy Alexander Baria, dimintai tanggapannya mengatakan sangat senang dan bangga dengan prestasi yang telah diukir oleh anak-anaknya.

“Prestasi ini perlu dipertahankan dan kalau bisa kemarin hanya sampai pada final dan semi final maka tahun ini siapa tahu lolos pada babak green final”, harap Kepsek. (Oscar)