PADANG – Insinyur dinilai berperan penting dalam menyukseskan penerapan revolusi industri 4.0 di Indonesia melalui penguasaan teknologi terkini. Hal ini mendorong penciptaan inovasi sehingga sektor manufaktur nasional mampu berdaya saing global.

“Para insinyur adalah orang-orang yang kreatif dan inovatif, serta terbiasa menyelesaikan masalah. Jadi, insinyur harus bisa menemukan peluang dan melahirkan inovasi di era digital saat ini. Adapun peran pemerintah, memberikan fasilitas dan kesempatan,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartaro pada Kongres dan Dialog Nasional ke-XXI Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di Padang, Kamis (6/12).

Di acara yang mengusung tema “Meningkatkan Profesionalisme Sumber Daya Keinsinyuran dan Penerapan Teknologi Cerdas: Mewujudkan Kedaulatan Industri Indonesia”, Menperin menyebutkan ada lima teknologi utama yang menjadi kunci dalam impelementasi industri 4.0. “Yaitu, Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Wearable (AR/VR), Advanced Robotics, dan 3D Printing,” tuturnya.

Untuk itu, Airlangga berharap, para insinyur terus memberikan kontribusi signifikan dalam membangun Indonesia khususnya terhadap pengembangan industrialisasi. “Apalagi kita sedang mengembalikan sektor manufaktur menjadi arus utama guna menggerakkan perekonomian nasional,” jelasnya. Faktor penting yang diperlukan, selain pemanfaatan teknologi, yaitu menyiapkan tenaga kerja kompeten.

Langkah tersebut telah tertuang di peta jalan Making Indonesia 4.0, yang memiliki aspirasi besarnya untuk menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030. “Kami telah melakukan program Training of Trainer (ToT) tentang industri 4.0 kepada seluruh stakeholder dari level tertinggi sampai ke pelaksana,” imbuhnya.

Menperin menambahkan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, mulai tahun depan pemerintah semakin gencar menggelar berbagai program peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM). Dalam hal ini, Kemenperin telah menjalankan proyek percontohan untuk program pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri.

“Sejak tahun lalu diluncurkan, kami telah menggandeng sebanyak 609 industri dan 1.753 SMK dari enam wilayah di Indonesia. Selain itu, kami terus mendorong agar bidang Science, Technology, Engineering, Arts, dan Mathematics (STEAM) kembali menjadi mainstream pada basis pendidikan kita,” tuturnya. Upaya ini diyakini mampu mencetak SDM produktif agar Indonesia lebih kompetitif di era industri 4.0.

Apalagi, mulai tahun ini, World Economic Forum dalam laporan tentang Index Daya Saing Global (Global Competitiveness Index) sudah memasukkan komponen kesiapan industri 4.0. “Dari aspek baru itu, daya saing Indonesia jadi meningkat peringkatnya dari 47 di tahun 2017 menjadi 45 di tahun 2018,” ungkap Airlangga yang pernah menjabat Ketua Umum PII periode 2006-2009.

Di samping itu, berdasarkan laporan World Bank tahun 2017, Indonesia mampu menempati peringkat tertinggi di Asean untuk kontribusi sektor manufaktur terhadap ekonomi dunia dengan porsi 20,5 persen.”Dari capaian tersebut, Indonesia menempati peringkat kelima dunia untuk negara-negara yang tergabung di G20,” lanjutnya.

Ketua Umum PII Hermanto Dardak menyampaikan, pihaknya akan terus berupaya membangun SDM yang kompeten di bidang keinsinyuran agar mampu memberi nilai tambah bagi Indonesia. Selain itu juga supaya dapat lebih kompetitif dibanding insinyur negara lain.

“Anggota PII saat ini sudah mencapai 30.000 orang dan pada Kongres kali ini akan diresmikan insinyur profesional yang ke-14.000,” ungkapnya. Menurut Hermanto, di tengah kemajuan perkembangan teknologi industri 4.0, PII turut mendorong pemanfaatan teknologi cerdas guna menghasilkan inovasi.

“Jumlah lulusan sarjana teknik saat ini yang berpotensi menjadi insinyur profesional mencapai 900 ribu orang. Mereka harus terintegrasi oleh PII agar bisa jadi profesional karena berperan sebagai kontrol kualitas,” paparnya. (Glen)