KARAWANG – Ritual doa bersama di akhir tahun 2018, Warga Kampung Jungklang Kec. Banyusari Kab. Karawang adakan doa bersama dan para sesepuh bertempat dipematang sawah. Senin (31/12/2018).

Seluruh warga kampung Jungklang yang berpenduduk dengan menggantungkan hasil pertanian itu bersama-sama meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah swt, untuk diberikan keberkahan dan kelancaran serta kemudahan dalam bercocok tanam.

Doa dan sholawat serta BerDzikir merupakan kekuatan yang terbesar untuk kelancaran di tahun 2019 mendatang. Acara yang dikemas dengan penuh kebersamaan ini masing-masing warga membawa beberapa nasi tumpeng untuk dimakan bersama dan di bagikan kepada warga yang kurang mampu.

Acara ini bertujuan untuk meminta kepada tuhan yang maha kuasa, agar sumber mata air serta hujan segera turun, sehingga warga kampung jungklang bisa melangsungkan bercocok tanam dengan baik dan lancar.

Doa dan Sholawat ini dipimpin oleh seorang Sesepuh abah H. Apipudin dan Abah Ust. Wari. Acara Doa dan Sholawat ini merupakan salah satu bentuk ritual tradisional masyarakat di pulau jawa yang sudah berlangsung secara turun-temurun dari nenek moyang orang jawa terdahulu. Ritual sedekah bumi ini biasanya dilakukan oleh mereka pada masyarakat jawa yang berprofesi sebagai petani, yang menggantunggkan hidup keluarga dan sanak famili mereka dari mengais rizqi dari memanfaatkan kekayaan alam yang ada di bumi.

Saat di Konfirmasi oleh media, Abah Ust. Wari mengungkapkan bahwa bagi masyarakat jawa khususnya di Kampung Jungklang para kaum petani, tradisi ritual tahunan semacam sedekah bumi bukan hanya merupakan sebagai rutinitas atau ritual yang sifatnya tahunan belaka.

“Akan tetapi tradisi sedakah bumi mempunyai makna yang lebih dari itu, kita semua berdoa, BerDzikir dan bersholawat meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT, untuk selalu diberikan kemudahan, Keberkahan dan kelancaran dari mulai tandur padi hingga panen padi, upacara tradisional sedekah bumi itu sudah menjadi salah satu bagian dari masyarakat yang tidak akan mampu untuk dipisahkan dari budaya jawa,” ungkap Sesepuh Jungklang.

Pada acara upacara tradisi sedekah bumi tersebut umumnya, tidak banyak peristiwa dan kegiatan yang dilakukan di dalamnya. Hanya saja, pada waktu acara tersebut biasanya seluruh masyarakat sekitar yang merayakannya tradisi sedekah bumi membuat tumpeng dan berkumpul menjadi satu di tempat sesepuh kampung, di balai desa atau tempat tempat yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat setempat untuk menggelar acara ritual sedekah bumi tersebut.

Setelah itu, kemudian masyarakat membawa tumpeng tersebut ke balai desa atau tempat setempat untuk di doakan oleh sesepuh adat. setelah di doakan oleh sesepuh adat, kemudian kembali diserahkan kepada masyarakat setempat yang membuatnya sendiri. Nasi tumpeng yang sudah di doakan oleh sesepuh adat setempat kemudian di makan secara ramai ramai oleh masyarakat yang merayakan acara sedekah bumi itu. Namun, ada juga sebagian masyarakat yang membawa nasi tumpeng tersebut yang membawanya pulang untuk dimakan beserta sanak keluarganya di rumah masing-masing.

Pembuatan nasi tumpeng ini merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan pada saat upacara tradisi tradisional itu. Makanan yang menjadi makanan pokok yang harus ada dalam tradisi ritual sedekah bumi adalah nasi tumpeng dan ayam panggang. Sedangkan yang lainnya seperti minuman, buah-buahan dan lauk-pauk hanya bersifat tambahan saja, tidak menjadi perioritas yang utama.

Pada acara akhir para petani biasanya menyisakan sebagian makanan itu dan diletakkan di sudut-sudut petak sawahnya masing-masing. sebagai Bentuk Rasa Syukur. Dalam puncaknya acara ritual sedekah bumi di akhiri dengan melantunkan doa bersama-sama oleh warga setempat dengan dipimpin oleh sesepuh adat. Doa dalam sedekah bumi tersebut umumnya dipimpin oleh sesepuh kampung yang sudah sering dan terbiasa mamimpin jalannya ritual tersebut. Ada yang sangat menarik dalam lantunan doa yang ada dilanjutkan dalam ritual tersebut. Yang menarik dalam lantunan doa tersebut adalah kolaborasi antara lantunan kalimat kalimat Jawa dan dipadukan dengan doa yang bernuansa Islami.

(Team INVESTIGASI)