BANTEN – Journalist Boarding School atau JBS, terletak di Jalan Lingkar Cilegon, Kampung Krotek, Kelurahan Kalitimbang, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, Propinsi Banten.

Penulis berkesempatan melihat seluruh bangunan dan ruangan, pada Selasa (25/06/2019).

Gedung JBS terdiri gagah dan kukuh dua lantai. Setiap lantai ada kamar tidur, yang dilengkapi kamar mandi, Air Conditioner, dan toilet mewah. Total ada 19 kamar tidur, dan tiga meeting room sekaligus ruang belajar. Setiap kamar bisa menampung 4-6 orang peserta.

Dibelakangnya terdapat kolam. Dan di depan ada tobong untuk penjemuran dan produksi bata, kolam pancing, dan didepan juga akan segera dibangun Musholla. Adapun dapur, terletak dibelakang di lantai bawah.

Sewaktu penulis menjambangi JBS, bersilaturahmi kepada Firdaus pemilik sekaligus pengelola JBS, Firdaus dengan ramah sambil menunggu makan siang, mempersilahkan terlebih dahulu penulis untuk istirahat di kamar yang tersedia yang masih kosong. Karena beberapa kamar telah diisi oleh rekan-rekan LBH, aktifis lingkungan dan koleganya.

Usai makan siang dan Sholat Zhuhur, Firdaus menerima penulis dengan sesekali harus berbaring, karena si pemilik tempat ini masih dalam perawatan. Walaupun dalam kondisi sakit, penggagas dan Pendirian Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) ini, tetap semangat untuk segera mewujudkan JBS.

Menurut Firdaus, kita dalam waktu dekat akan menerima peserta, para peserta yang akan di didik di JBS merupakan sarjana calon wartawan, atau wartawan yang belum kompeten.

Masih menurut Firdaus, JBS siap menampung 30 orang peserta. Setiap peserta akan mengikuti pendidikan selama satu tahun, dengan peningkatan materi secara berjenjang.

Rencananya, setiap peserta akan dikenakan biaya sekira Rp 500.000 perbulan. Iuran tersebut untuk biaya makan dan tempat tinggal.

“Tiga bulan pertama materi belajarnya berkisar tentang keagamaan, diutamakan tentang ibadah dan hafidz Qur’an,” ungkap Firdaus kepada penulis, seraya berkeliling melihat-lihat kondisi bangunan gedung.

Tiga bulan kedua, sambungnya, untuk peserta dari sarjana belajar materi tentang jurnalistik. Untuk peserta yang lulusan SMA, akan belajar tentang pengelolaan manajemen media sosial dan digital.

Pada tiga bulan ketiga, untuk peserta dari sarjana belajar tentang teori dan praktek keredaksian. Yang lulusan SMA, diajarkan teori dan praktek digital marketing.

Tiga bulan keempat, untuk peserta yang sarjana, program pemenuhan standar kompetensi wartawan, yaitu belajar tentang pemahaman fungsi wartawan, editor, dan penanggung jawab redaksi. Yang dari lulusan SMA praktik belajar pembuatan usaha dibidang digital marketing.

“Intinya adalah, disini para peserta yang sarjana diarahkan jadi wartawan profesional. Yang lulusan SMA diarahkan jadi digital enterprener. Tujuan akhir dari peserta didik, secara umum dapat mengembankan independensi untuk mengajak kepada kebaikan, dan mencegah pada kemungkaran.

Selain pendidikan jurnalistik dan digital, Firdaus juga mengatakan, akan membuat paket wisata religi.

Dari pengamatan dan perhitungan, dengan biaya sangat minim yang di kenakan kepada peserta didik, jelas akan merugi. Namun, kata Firdaus, JBS dibangun bukan semata berorientasi bisnis, tetapi lebih kepada ihktiar bersama, dalam rangka perbaikan orientasi wartawan untuk masa akan datang, dan jalan setapak kami untuk pulang.

“Usaha bersama membuat Oase dipusat hiburan, di tengah kota industri. Sebagai ihktiar, membuat jalan setapak untuk pulang,” demikian Firdaus.

(Romlan/Glen)