Catatan Asro Kamal Rokan

INGAT SINETRON Sayekti dan Hanafi? Sinetron yang ditayangkan TVRI pada 1988 dan dibintangi Neno Warisman itu, adalah kisah nyata, hasil investigasi wartawan senior asal Medan: Idris Pasaribu.

Pada 2005, kisah tragis Sayekti dan Hanafi digarap ulang sutradara Hanung Bramantyo di RCTI. Sayekti diperankan Widi Mulia. Skenario tetap ditulis Alex Suprapto Yudho, yang menulis skenario sejak pertama. Sayekti dan Hanafi meraih delapan nominasi dalam Festival Film Indonesia 2005. Inilah salah satu sinetron terbaik Indonesia.

Sayekti dan Hanafi adalah kisah nyata kegigihan merebut bayinya yang ditahan klinik karena ketiadaan uang. Sayekti buruh panggul di pasar, sedangkan Hanafi, suaminya penarik beca. Sinetron Sayekti dan Hanafi merupakan salah satu yang terbaik dalam sejarah sinetron Indonesia.

Kisah tragis Sayekti dan Hanafi bermula dari laporan utama Majalah Kartini pada 1980 dengan judul “Bayi Tersandera di Klinik Bersalin” Kisah nyata ini berasal dari investigasi wartawan muda saat itu, Idris Pasaribu. Awalnya, Idris mendengar warga di Simalingkar B, Medan, bercerita tentang nasib Nurganti (dalam sinetron bernama Sayekti).

Dari cerita warga itu, naluri wartawan dan kemanusiaan Idris terusik. Ia berupaya bertemu Nurganti, namun tidak mudah, apalagi klinik tersebut dimiliki anak seorang prawira dan dijaga ketat. Namun, Idris tidak kehilangan akal. Sebagai wartawan, ia harus bisa menembus situasi sesulit apa pun.

Idris membeli jeruk dari uang makannya, kemudian mengaku sebagai saudara Nurganti. Berhasil. Idris diperbolehkan masuk. Kesempatan ini digunakannya untuk menggali informasi dan mengambil foto Nurganti serta bayinya.

Kisah dan berbagai kesulitan berlanjut.

(Glen/Rls)