BATAM, INDONESIAPARLEMEN.COM – Perusahaan PT. Mitra Pemuda (PT. MP) bergerak di bidang konstruksi yang berkantor di Komplek Permata Kota, Blok E 11, Jl. P. Tubagus Angke No.170 RT.19/RW.1, Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta belum membayar upah buruh yang mengerjakan proyek tanki minyak di PT. Synergy Oil Nusantara (PT. SON) Kabil, Kota Batam.

Buruh yang mengalami hal tersebut menjelaskan kepada awak media bahwa mereka telah dirumahkan sejak awal bulan Maret 2020 lalu dengan alasan material tidak masuk karena wabah Covid – 19.

“Kami dirumahkan karena memang proyek saat itu tidak berjalan atau macet disebabkan material sudah tidak masuk lagi dari luar Negeri akibat pandemi Covid – 19, tapi hingga saat ini upah (gaji) kami belum juga dibayarkan oleh pihak perusahaan selama kami bekerja disana,” jelas Chandra Simbolon mewakili para buruh kepada awak media di salah satu kedai kopi di seputaran Nagoya, Selasa (20/10/20) sekitar pukul 14.00 WIB.

Ia juga menambahkan bahwa saat ini proyek sudah berjalan kembali seperti biasa, namun pihak perusahaan tidak memberitahukan kepada mereka, bahkan pekerja yang saat ini melanjutkan proyek pembuatan tanki minyak tersebut di rekrut dengan tenaga baru.

“Satu hal yang janggal dan tidak bisa kami terima, kenapa proyek yang kami kerjakan dulu sudah kembali berjalan, tapi kami tidak di beritahukan?, Kalau memang kami sudah tidak dipakai lagi, kami hanya meminta upah (gaji) kami selama mengerjakan proyek itu agar dibayarkan sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan dari awal,” lanjut Chandra Simbolon didampingi Limron Tamba selaku buruh yang gajinya belum dibayar hingga satu rupiah pun.

Selama mengerjakan proyek sebelumnya, Chandra Simbolon dipercaya sebagai pengawas lapangan untuk mengerjakan proyek tanki minyak tersebut.

Sementara itu, ditempat berbeda, Joni yang mengaku sebagai Supervisor dari PT. Mitra Pemuda (PT. MP) yang di utus dari Jakarta untuk mengawasi pengerjaan proyek tersebut menjelaskan bahwa masalah pembayaran upah (gaji) para buruh tersebut bukan urusan mereka.

Menurut penjelasan dari Joni bahwa awalnya proyek pembuatan tanki minyak itu diborong kan oleh PT. Mitra Pemuda kepada Edi Ramlan dan saat ini telah dilanjutkan atau di take over kan kepada Wawa.

“Sebagai Supervisor aja, gak ada Direktur gak ada, saya juga gak tau menau disini, Edi Ramlan itu jangan di putar – putar, tanggungjawab nya disini gak ada, posisinya gak ada, jadi Edi Ramlan jangan dibawa – bawa jangan dijual – jual yang gak benar,” ucap Joni.

“Sebelumnya kan sudah dijelasin, bahwa Edi Ramlan pekerjaannya di take over ke Wawa, perjanjian antara si Edi Ramlan dengan si Wawa ini, itu yang harus di kejar, jadi Edi Ramlan tidak bisa mengakomodir itu,” ucap Joni saat ditemui awak media bersama para buruh di tempat kediamannya (mes) di Kavling Punggur, Selasa malam (20/10/20) sekitar pukul 20.00 WIB.

Menurut pengakuan Joni, PT. Mitra Pemuda tidak memiliki kantor di Kota Batam.

Sebelumnya proyek pembuatan tanki minyak tersebut di pegang oleh Edi Ramlan dan di percayakan kepada Chandra Simbolon untuk mengawasi para buruh selama mengerjakan proyek di PT. SON, namun saat ini proyek dilanjutkan dan di ambil alih oleh Wawa dengan merekrut tenaga buruh yang baru.

Saat dimintai keterangan dari Edi Ramlan melalui pesan WhatsApp oleh awak media ini, ia menjelaskan bahwa PT. Mitra Pemuda memang belum membayar upah buruh yang sebelumnya mengerjakan proyek tersebut.

“Untuk saat ini dan sampai saat ini saya juga blm ada dibayar dr pihak pt mp.dan saya juga sampai saat ini lg usaha kejar spy dibayar..dan masalh pekerjaan itu sdh diambil alih pihak ke 3..sementara dr awal pekerjaan saya blm ada dibayar sama sekali.data2 ada dgn bg simbolon..agar bisa ditagih kan ke pihak 3 yg ambil pekerjaan tersebut …kerna janji dr pihak 3..dia akan bayar kan setelah dpt bayaran dr son..,” jelas Edi melalui pesan WhatsApp, Rabu malam (21/10/20) pukul 19.18 WIB.

Dan ketika ditanya siapa orang ketiga tersebut, Edi Ramlan menyebutkan nama Wawa.

“Pak wawa..bpk bisa bantu juga…agar bisa bantu .sbb wawa yg ambil alih pekerjaan tersebut…dan dana saya tertanam juga disana…ada bukti2 nya dgn bg Simbolon…dan Simbolon juga ada no kontak pak wawa,” lanjut Edi Ramlan.

Namun saat dimintai keterangan dari Wawa, ia mengatakan bahwa dirinya tidak ada masalah dengan Edi Ramlan.

“Ga da masalah pak antar saya dan ramlan..kerjaan ramlan sdh di cut off perusahaan krn tdk sanggup..dan saya waktu iti berusaha membantu menyelesaikan situasi lapangan..kalo mau tau sejelasnya ya tanya aja sama ramlan ya pak..ma kasih,” jelas Wawa melalui pesan WhatsApp, Rabu malam itu juga (21/10/20) pukul 19.22 WIB.

Hingga berita ini diterbitkan, belum ada keterangan yang pasti mengenai pembayaran upah (gaji) para buruh tersebut dari pihak – pihak terkait, dan para buruh berharap ada etikat baik dari pihak perusahaan untuk membayar gaji mereka.

“Kami berharap ada etikat baik dan rasa perikemanusiaan dari pihak perusahaan untuk membayar upah kami selama kami mengerjakan proyek itu, karena hingga saat ini juga kami tidak bekerja, tadinya berharap dipanggil lagi untuk menyelesaikan proyek itu,” ucap Chandra Simbolon, Senin malam (26/10/20). (Tim)