INDONESIAPARLEMEN.com – Lembaga Analisis dan Kajian Isu Publik (LAKIP) Jakarta melakukan analisis dan kajian terkait dengan pemilihan kepala daerah di Indonesia.

“Kami melakukan survei secara kuantitatif untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat dalam menghadapi pilkada serentak di Indonesia. Salah satu wilayah yang dilakukan pemetaan politik adalah Kabupaten Mamuju pada akhir bulan Oktober 2020. Sample dari survei tersebut adalah 440 responden dengan tingkat margir of error plus minus 4,8 persen,” kata Direktur Komunikasi Lembaga Analisis dan Kajian Isu Publik, Catherine Edismoen Minggu (15/11/2020).

Menurut dia, responden menyebar secara merata diseluruh kecamatan di Kab. Mamuju. Metode yang digunakan adalah multistage random sampling.

Dari temuan survei ujar Catherine, menunjukan bahwa tingkat kepuasan publik atas kinerja bupati Habsi Wahid di bawah 55 persen. Begitu juga dengan wakil bupati di bawah 50 persen. Sebagai petahana, tingkat kepuasan publik di bawah 70 persen adalah lampu merah.

“Tingkat pengenalan Habsi Wahid saat ini 90 persen. Hal yang sama juga Figur Siti Sutinah mendapatkan 87,5 persen tingkat popularitasnya. Sementara figur Irwan Satya Putra Pababari sebesar 80 persen. Sementara popularitas Ado Mas’ud 75 persen. Sebagai penantang, tingkat popularitas pasangan Tinah-Ado semakin hari semakin naik. Sementara untuk petahana, tingkat popularitasnya sudah mentok,” ucapnya.

Ketika responden ditanya, seandainya pilkada Kabupaten Mamuju dilaksanakan pada hari ini (hari saat dilakukan wawancara), ujarnya, sebanyak 36,4 persen mengatakan mereka memilih pasangan Habsi Wahid dan Irwan Setya Putra Pababari. Sementara pasangan Siti Sutinah-Ado Mas’ud mendapatkan 35,9 persen.

“Sedangkan yang belum menentukan pilihan sebesar 27,7 persen. Jarak yang tipis antara kedua pasangan calon bupati tidak bisa disimpilkan siapa yang lebih kuat. Bisa saja pasangan Tinah-Ado mengungguli pasangan Habsi Wahid-Irwan Setya Putra Pababari karena masih berada di dalam selang margin,” kata dia.

Selanjutnya jelasnya, loyalitas pemilih kedua pasangan bervariasi. Dari pemilih yang memilih pasangan Habsi Wahid-Irwan Setya Putra Pababari sebanyak 57 persen yang mengatakan tidak akan mengubah pilihannya. Sementara sebanyak 30 persen mengatakan dapat mengubah pilihannya. Sisanya 13 persen menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.

Sedangkan ujar Catherine, pemilih loyal untuk pasangan Siti Sutinah-Ado Mas’ud adalah sebesar 75 persen dari total pemilihnya. Hanya terdapat 10 persen yang dapat mengubah pilihannya. Sisanya 15 persen menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.

Grafik Loyalitas pemilih masing-masing pasangan Calon

Dikatakannya, pengaruh Politik uang (money politics) di Kabupaten Mamuju, terdapat 67,3 persen mengatakan masyarakat tidak terpengaruh pilihannya karena uang.

Sementara itu urainya, terdapat 21,5 persen mengatakan menerima yang diberikan oleg pasangan calon akan tetapi soal pilihan tetap mengikuti hati Nurani. Hanya 6,8 persen mengatakan memilih calon yang memberikan uang lebi besar. Sisanya 4,4 persen tidak tahu/tidak menjawab.

Grafik money politics

Dari temuan survei ini ujarnya, tingkat partisipasi publik dalam pemilihan bupati dan wakil bupati Kab. Mamuju sekitar 70-75 persen.

“Rendahnya tingkat kepuasan publik bagi petahana serta tipisnya jarak elektabilitas antara pasangan petahana Habsi Wahid-Irwan Setya Putra Pababari memberikan peluang yang sangat besar bagi pasangab Siti Sutinah-Ado Mas’ud untuk memenangkan pilkada Kab. Mamuju pada 9 Desember 2020 nanti,” tandas Catherine.

Sementara dia mengakui, isu rendahnya kepuasan publik atas kinerja petahana membuat pasangan Tinah-Ado berpeluang merebut kepercayaan rakyat Kab. Mamuju. (Rls/red)