Jerry Massie (Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies)

JAKARTA – Kendati Golkar mengklaim unggul di 165 daerah di Pilkada serentak 2020, tapi saya lihat ada sejumlah kegagalan partai ini. Khususnya di yellow province (provinsi kuning) yang didominasi oleh partai berlambang Beringin ini.

Contoh di Sumsel, Golkar kalah telak sama Nasdem yang unggul di 6 daerah dari 7 daerah yang diikutinya. Begitu pula di Riau yang mana gagal mengimbangi Nasdem merebut 6 pilkada disana. Yang tragis, di Indramayu dan Blora sejak lama dikuasai Golkar buntutnya mereka keok.

Paling tragis di pilkada Sulawesi Utara (Sulut) dari 8 pemilihan tak satupun kader Golkar menang. Padahal dalam 1 dekade provinsi ini dikuasai Golkar. Sebut saja, Kabupaten Minahasa, Bolmong, Sangihe, KotaMobagu, Manado, Tomohon, Minsel semuanya milik Golkar namun kini di take over (diambil alih) PDIP. Kader Golkar yang tersisa hanyalah di Kabupaten Sangihe.

Untuk, partai Nasdem ada peningkatan di sejumlah daerah kendati gagal di Sulut. Dari total pasangan calon yang menang sebanyak 90 di antaranya merupakan kader NasDem. Ini mencakup 1 calon gubernur, 2 calon wakil gubernur, 47 calon bupati/calon wali kota, 32 calon wakil bupati/calon wakil wali kota, dan 4 pasangan calon yang semuanya kader NasDem.

Partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri pauti berbangga pasalnya politik sapu bersih di Jateng, Yogyakarta, Bali hingga Sulut.

Sedangkan kader murni PDIP 11 Jatim, 7 dari 8 pilkada di Sulut, 5 di Sultra, 17 dari 21 pilkada di Jateng.

Sementara, kader PKB menang di 8 wilayah Jateng terbanyak wakil bupati/walikota
Demokrat sendiri yang digawangi tokoh Mileneal Agus Yudhoyono (AHY) menang di Pilgub Kalimantan Utara Selatan dan Tengah.
Pengusung pasangan calon (paslon) di 240 dari 261 kabupaten/kota yang mengadakan pilkada.

Sejauh ini, PD mengklaim memenangkan 124 pilkada. Partai Demokrat memperoleh kemenangan di 124 daerah yang diikuti. Dari jumlah kemenangan tersebut, 70 daerah yang menang mengusung kader sendiri, dan hanya 54 daerah kemenangan yang non-kader,”

Partai Amanat Nasional PAN) sendiri menurut Ketum Zulkifli Hasan, partainya menang di 130 daerah dalam pilkada serentak 2020 se-Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 40 daerah merupakan kader internal partainya

Paslon PPP telah berhasil menang di 123 daerah atau dalam persentase menang sebesar 55,5 persen yang kemungkinan jumlah dan persentase ini masih akan bertambah. Dilihat dari target pemenangan Pilkada PPP yang 60 persen dari jumlah yang diikuti, maka capaian Pilkada PPP ini telah mendekati target.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berhasil memenangkan 122 dari 230 pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang diikuti.

Saya nilai PKS dan PAN mengklaim menang di 122 daerah serta PPP di 123 tapi kader murni kecil belum di publish siapa saja kader tersebut.

Saling klaim wajar tapi pilkada ini masih di dominasi PDIP, Golkar, Nasdem dan Demokrat serta Gerindra.

Partai besutan Prabowo Subianto ada kemajuan di Jatim dimana mereka mengklaim menang di 14 daerah.

Bisa saja Gerindra mengklaim unggul 70 persen di pilkada serentak tapi sejauh ini kader murni yang menang masih kalah sama partai lainnya.

Menurut saya, jika hanya menang merger atau afiliasi bahkan koalisi politik itu kemenangan semu. Harusnya kader murni yang diusung itu baru sah.

Tapi penilaian saya Partai Mercy Biru atau Demokrat ada peningkatan. Dan ini menjadi ancaman pada Pilpres 2024 mendatang.

Sedangkan capaian terbaik Golkar di Sulsel yang mana mereka menang di 7 daerah.

Barangkali Provinsi Banten akan menjadi milik Golkar. Namun, hasil finalnya akan ditentukan oleh KPU. Dan akankah ada gugatan-gugatan di setiap daerah ini masih akan berlanjut? Silahkan saja klaim- mengklaim tapi itu masih politik hipotesis nanti keputusan ditangan KPU.

Jangan hanya menang di quick count atau hitugan cepat. Pasti diantara itu ada yang meleset. (Rls)