Foto: internet

JAKARTA, INDONESIAPARLEMEN. COM-Kelompok junta militer Myanmar telah berhasil mengadakan kudeta kekuasaan. Dalam kudeta ini Pemimpin tertinggi Myanmar dan aktivis demokrasi Aung San Suu Kyi ditahan atas tuduhan kecurangan yang dilakukan pada pemilu November lalu.

Dalam insiden kudeta ini, sosok Jenderal Senior Min Aung Hlaing, menjadi sorotan. Pimpinan tertinggi militer itu bahkan menerapkan status darurat ke Myanmar dan menunjuk pelaksana tugas (Plt) presiden.

Melansir Reuters, Min Aung Hlaing dianggap sebagai kunci dari ‘peran abadi’ tentara dalam sistem politik di Myanmar saat ini. Pria berusia 64 tahun ini awalnya menjauhi aktivisme politik saat ia belajar hukum di Universitas Yangon pada 1972-1974.

“Dia orang yang tidak banyak bicara, biasanya tidak menonjolkan diri,” tulis Reuters mengutip seorang teman sekelasnya 2016 silam.

Min Aung Hlaing disebut juga terlibat dalam pembantaian etnis Rohingya. Ia juga dianggap memikul tanggung jawab sama dengan Suu Kyi atas genosida ke etnis Muslim itu.

Di 2018, sebuah laporan Tim Pencari Fakta Internasional menulis bagaimana Min Aung Hlaing dengan sengaja menargetkan warga sipil di Myanmar Utara. Ini merupakan negara bagian Rakhine, tepat Rohingya berada.

Laporan itu menyebut ada diskriminasi sistemik dan pelanggaran hak asasi yang dilakukan. Secara khusus, dia disebut melakukan pembersihan etnis.

Investigasi itu membuat ia dijatuhi sanksi oleh AS tahun 2019. Paman Sam melarang dirinya bepergian, membekukan asetnya di negara itu dan menghukum transaksi keuangan antara dirinya dan siapapun di negeri itu.

(CNBC)