Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan

JAKARTA, INDONESIA PARLEMEN – Pemerintah Turki mengamuk ke Italia. Negeri itu mengecam keras ucapan Perdana Menteri Mario Draghi, yang menyebut Presiden Erdogan diktator.

Draghi melabel Erdogan karena masalah pengaturan tempat duduk, yang terjadi saat kunjungan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen ke Ankara. Dalam beberapa foto, diperlihatkan bagaimana pejabat Uni Eropa (UE) itu dibiarkan berdiri dan tak mendapat tempat duduk dalam pertemuan.

Turki bersikeras mereka mengikuti instruksi protokol yang diterima dari UE. Kementerian Luar Negeri Turki kemudian memanggil Duta Besar Italia di Ankara untuk menjelaskan hal tersebut.

“Kami mengutuk keras pernyataan populis yang tidak dapat diterima, dan komentar buruk dan tidak masuk akal yang dibuat oleh Perdana Menteri Italia Draghi,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu di Twitter.

Juru Bicara partai yang berkuasa di Turki, AK, juga mengatakan menyesali komentar Draghi. Omer Celik menyebut itu tidak mencerminkan hubungan Turki-Italia.

Sebelumnya insiden kursi yang terjadi saat pertemuan von der Leyen dan Erdogan Selasa lalu, telah membuat hubungan Eropa dan Turki makin panas. Petinggi Eropa menilai sikap Erdogan adalah penghinaan ke von der Leyen.

Saat itu, dalam sebuah foto von der Leyen tak diberikan kursi selama pertemuan dengan Ankara. Padahal ada tokoh lainnya di pertemuan itu yakni Presiden Dewan Eropa Charles Michel.

Pada foto pertemuan lain setelah berdiri, diperlihatkan bagaimana von der Leyen akhirnya duduk di sofa seberang Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu. Setelahnya, Turki dan UE saling menyalahkan soal itu.

Beberapa kelompok Parlemen Eropa menuntut penyelidikan tentang bagaimana von der Leyen dibiarkan berdiri sementara Michel duduk. Draghi sendiri menyebut hal tersebut mempermalukan von der Leye.

“Saya sangat menyesal atas penghinaan yang harus diderita presiden komisi, dengan ini mari kita panggil dia (Erdogan) apa adanya. Diktator,” Ucap Draghi.

Sumber: CNBC