Foto: Laut Cina Selatan dari satelit

JAKARTA, INDONESIA PARLEMEN – China menyebutnya sebagai Pulau Huangyan. Minggu lalu negara Tirai Bambu menegaskan mereka memiliki kedaulatan di wilayah yang juga dikenal dengan nama “Bajo de Masinloc” itu dan mendesak Filipina untuk tidak meningkatkan konflik.

Sementara itu dalam sebuah pernyataan Kementerian Luar Negeri Filipina juga menyebut China melakukan pelanggaran terhadap kedaulatan Filipina. “China tak memiliki hak penegakan hukum di wilayah ini,” tulis kementerian.

China, my friend, how politely can I put it? Let me see… O…GET THE FUCK OUT. What are you doing to our friendship? You. Not us. We’re trying. You. You’re like an ugly oaf forcing your attentions on a handsome guy who wants to be a friend; not to father a Chinese province.

“China temanku, seberapa sopan saya bisa mengatakannya? Coba kulihat… O… Enyahlah,” tulis Menlu Filipina Teodoro Locsin di Twitter.

Juru Bicara Duterte mengatakan tak akan mencampuri cuitan Locsin. “Kami tak akan mencampuri hak kebebasan berbicara Locsin,” kata Juru Bicara Kepresidenan Harry Roque.

Melansir South China Morning Post, belum ada komentar dari China. Seorang pengamat mengatakan China mungkin akan mengesampingkan ungkapan Locsin kecuali itu keluar dari mulut Duterte.

Duterte sendiri dikenal lebih ramah ke China dibanding ke Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS). Ini karena janji investasi China ke negara itu dan vaksin corona (Covid-19).

Namun dalam pernyataannya 29 April, ia menegaskan Filipina tak akan menarik pasukan di LCS, yang sebelumnya memang dikerahkan untuk menanggapi China. Ia berujar soal kedaulatan yang tak dapat dinego.

“Saya akan memberi tahu China, kami tidak ingin masalah. Kami tidak ingin perang. Tetapi jika Anda menyuruh kami pergi, tidak,” kata Duterte dikutip dari AFP.

“Ada hal-hal yang sebenarnya tidak bisa dikompromikan. Saya berharap mereka mengerti, tapi saya memiliki kepentingan negara saya juga untuk melindungi.”

Sumber: CNBC