JAKARTA – Pelaporan data terkait Covid-19 di Indonesia dinilai masih belum dilakukan secara maksimal. Ini menyebabkan adanya ketidaksamaan antara data yang terlapor dengan kondisi di lapangan.

Belum lagi dengan adanya perbedaan data yang dilaporkan setiap pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Hal itu disampaikan oleh data analyst dan juga Inisiator Pandemic Talks, Firdza Radiany.

Menurutnya, perbedaan data ini menjadi sulit untuk disesuaikan dengan kondisi sebenarnya. Namun, ia melihat data lain yang lebih bisa menggambarkan situasi pandemi yaitu dengan memanfaatkan Google Trend.

“Ada selisih data antar daerah sama pusat. Kadang-kadang selisih berapa ribu dan sebagainya. Sehingga datanya bukan data yang real, tidak sinkron. Ada data yang lebih sinkron yaitu Google Trend. Sejak Agustus tahun lalu, chart yang biru itu kata kunci mewakili pertanyaan umum masyarakat tentang Covid di Indonesia,” kata Firdza.

Hal ini disampaikan dalam Forum Diskusi Salemba bertajuk ‘Evaluasi Efektivitas PPKM Darurat dalam Penanganan Pandemi Covid-19’ yang ditayangkan di YouTube ILUNI UI, Sabtu (7/8/2021).

Dari data yang ditunjukkan Google Trend, siapa pun bisa melihat kata kunci apa yang sedang tren atau banyak dicari dalam periode waktu tertentu. Menurutnya, pencarian kata kunci yang spesifik dengan Covid-19 akan terlihat meningkat 2-3 minggu sebelum kasus benar-benar melonjak. Ini sudah terlihat pada gelombang pertama maupun gelombang kedua corona.

“Terutama di bulan Desember kemarin 2 minggu sebelumnya sudah ada lonjakan pertanyaan. Jadi topik Covid tren selalu muncul 2-3 sebelumnya sebelum tren lonjakan kasus Covid, hal yang sama terjadi di lonjakan kemarin,” tambahnya.

Itu berarti, jika terlihat adanya peningkatan tren pencarian kata kunci yang berkaitan dengan Covid-19 bisa digunakan sebagai prediksi bahwa kasus bisa jadi akan melonjak dalam beberapa minggu ke depan. Kata yang digunakan seperti anosmia dan gejala Covid.

“Jadi dari data sosial media, terjadi juga kurva pandemi tapi untuk pertanyaan misalnya anosmia, RS COVID, tidak bisa mencium bau, gejala Covid,” tutupnya.