Foto: ilustrasi

JAKARTA – Kenaikan harga minyak goreng membuat resah berbagai pihak, di antaranya para pedagang kecil seperti tukang gorengan hingga warteg. Bagi mereka, minyak goreng merupakan salah satu bahan utama agar usahanya bisa beroperasi.

Ketua Umum Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni, mengungkapkan naiknya harga minyak membuat produksi makanan para pengusaha warteg jadi tidak maksimal. Ia mengatakan pihaknya harus memilih mengurangi menu gorengan.

“Kemarin pertemuan Korwil Jakbar juga disinggung sekarang minyak cukup naik harganya dan warteg ini juga gelisah karena aturan minyak curah juga tidak boleh, karena harus beli kemasan,” kata Mukroni, dikutip Rabu (3/10/2021).

Hal senada juga diutarakan salah satu penjual gorengan yang harus mengurangi penjualannya karena menyesuaikan dengan pembelian minyak goreng. Biasanya dia membutuhkan minyak goreng sebanyak 5 kilogram, kini hanya membeli 4 kilogram saja. Efeknya, omzet pun turun.

“Pembelian (bahan baku) berkurang, omzet juga berkurang 50-70 persen,” ucapnya.

Berdasarkan harga di infopangan.jakarta.go.id pada Selasa 2 November 2021, rata-rata harga minyak goreng di Jakarta senilai Rp 17.955 per kilogram atau naik Rp 41.

Harga tertinggi berada di Pasar Johar baru, yakni Rp20.000 per kilogram. Sedangkan harga terendah Rp14.000 per kilogram di Pasar Pluit.

Di situs hargapangan.id, harga minyak goreng curah pada Selasa 2 November 2021 mencapai Rp 16.800, naik dibandingkan sehari sebelumnya Rp16.750.

Sementara harga minyak goreng kemasan bermerek 1 Rp 17.850 per kilogram, naik dibandingkan Senin kemarin Rp 17.750. Adapun harga minyak goreng kemasan bermerek 2 harganya tetap di Rp 17.300.