Menkeu dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pembahasan Rancangan Undang- Undang (RUU) tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2022, beserta Nota Keuangannya, Selasa (24/08/2021).

JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan, defisit APBN mencapai Rp 548,9 triliun pada bulan Oktober 2021. Defisit tersebut setara dengan 3,29 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) RI.

Wanita yang akrab disapa Ani ini mengatakan, defisit lebih baik dibanding periode yang sama tahun lalu. Tahun lalu, defisit mencapai Rp 764,8 triliun atau 4,67 persen terhadap PDB.

“Kalau tahun lalu posisi oktober adalah 4,67 persen, kita sudah turun di 3,29 persen dari GDP. Kita berharap tahun ini defisitnya tetap terkendali mungkin di atas 5 persen. Tetapi (lebih baik) dibandingkan tahun lalu di atas 6 persen,” kata Sri Mulyani dalam CEO Networking 2021, Selasa (16/11/2021).

Dia menjelaskan, defisit yang lebih rendah terjadi karena adanya kenaikan penerimaan negara. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mencatat, penerimaan negara sampai Oktober 2021 mencapai Rp 1.510,0 triliun.

Untuk Pendapatan negara tumbuh sebesar 18,2 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.277 triliun.

“Seiring pemulihan ekonomi pembukaan kembali dan aktivitas masyarakat serta ekonomi mulai bergerak kembali, maka APBN juga mulai pulih. Ini terlihat dari sisi pendapatan negara kita bahkan mengalami growth hingga 18,2 persen,” jelas Sri Mulyani.

Terperinci, penerimaan negara ditopang oleh beberapa sektor. Pendapatan dari sisi pajak naik 15,3 persen (yoy), sudah Rp 953,6 triliun atau 77,6 persen dari target Rp 1.229,6 triliun.

Pada tahun lalu, penerimaan pajak mengalami kontraksi -18,8 persen.

“Jadi ini menggambarkan ekonominya pulih. Dua tugas yang harus kita lakukan bersama bukan pilihan, harus sama-sama,” ucap Sri Mulyani.

Kemudian dari sisi bea dan cukai meningkat 25,5 persen (yoy). Realisasinya sudah mencapai 95,7 persen atau Rp 205,8 triliun dari pagu Rp 215 triliun.

Sementara, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), tercatat tumbuh 25,2 persen (yoy) menjadi Rp 349,2 triliun. Hingga Oktober 2021, realisasinya sudah mencapai target sebesar 117,1 persen.

“APBN kerja kerasnya terlihat di sini. Pada tahun lalu kita me-launch APBN yang pertama kali dalam sejarah sejak UU Keuangan Negara tahun 2003 di mana defisit menembus di atas angka 3 persen. Dan ini merupakan suatu mekanisme countercyclical,” pungkas Sri Mulyani.