Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) Bantargebang, Bekasi/Dok: istimewa

BEKASI – Memperingati hari bumi 2022, Komunitas Seal Institut dan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta mengadakan seminar daring (Webinar) bertema “Mengola Sampah Skala Rumah Tangga”, Minggu (24/4/2022).

Dalam webinar Direktur Klinik Lingkungan dan Mitigasi UGM, Suratman menyinggung keterkaitan bumi dan plastik. Dia menyebut bumi tenggelam karena plastik bukan lauatan samudera.

“Kalau kita mengulas jaman dulu ada zaman perunggu, perak sekarang zaman plastik,” kata Suratman saat menjadi pembicara dalam webinar.

Dia berujar, plastik adalah artefak yang sulit dimusnakan, untuk itu menjadi perhatian khusus bagi kita semua untuk mengurangi plastik.

Suratman menjelaskan, didunia ada 10 negara penyumbang terbesar limbah plastik yang mengakibatkan kerusakan ekositem di lautan.

“Ternyata Indonesia urut ke 3 setelah India, China, yang disusul Brazil, Thailand, Mesiko, Mesir, Amerika, Jepang, Inggris, maka di warning negara tersebut,” jelas dia.

Apalagi penduduk Indonesia tercatat 267 juta jiwa dan menghasilkan limbah plastik cukup banyak. Hal itu, Lanjut Suratman, sebagai bukti bumi darurat sampah plastik.

“Bumi kalau dilihat dari satelit, itu akan terlihat kotoran yang dihasilkan manusia, harusnya kita malu pada alam, malu pada diri sendiri, dan mahkluk lainnya,” ucap dia.

Dikutip dari CNNIndonesia.com, Perusahaan Plastic Bank Indonesia menyebut telah berhasil mengumpulkan lebih dari 20 juta kg sampah plastik sejak 2018.

Sampah plastik itu ditemukan Plastic Bank Indonesia dari kerja sama dengan lebih dari 12 ribu pengumpul sampah plastik yang disebut Pahlawan Samudera.

Sampah-sampah tersebut kemudian diolah untuk dijadikan plastik daur ulang yang dinamakan ‘Social Plastic’.

Jurnalis: Dirham