Political & Public Policy Studies (P3S) menggelar webinar bertajuk “Menakar Cagub Potensial Pilkada Sulut 2024, Kamis (9/6/2022).

JAKARTA – Menyambut Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sulawesi Utara (Sulut) di tahun 2024 mendatang, Political & Public Policy Studies (P3S) menggelar webinar bertajuk “Menakar Cagub Potensial Pilkada Sulut 2024, Kamis (9/6/2022).

Diskusi daring ini menghadirkan Direktur P3S Jerry Massie, Pengamat Politik Rocky Gerung dan Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePi) Jeirry Sumampow sebagai narasumber.

Menurut Jerry Massie, hendaknya bakal paslon atau kandidat sudah mulai merapat di parpol di  Sulut.

“Komposisi anggota DPRD Sulawesi Utara periode 2019-2024 terdiri dari 9 partai politik di mana PDI Perjuangan adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 18 kursi, kemudian disusul oleh Partai NasDem yang meraih 9 kursi dan Partai Golkar yang meraih 7 kursi. Partai Demokrat 4 kursi, Gerindra 2 kursi, PAN 2 kursi, PKB 1 kursi, PKS 1 kursi, PSi 1 kursi,” jelas Jerry.

Jerry menjelaskan saat ini banyak yang memperkenalkan diri kepada khalayak pemilih di Sulut. Oleh sebab itu, Jerry menilai bakal pasangan calon (Paslon) tersebut hendaknya mulai sekarang harus masuk ke masyarakat paling bawah, dengan menyapa rakyat di wilayah pinggiran wilayah Sulut.

“Jangan hanya melihat dari kota tapi membiarkan daerah pinggiran atau pesisir. Oleh sebab itu seorang bakal calon atau kandidat harus memahami (public policy) kebijakan publik yang mumpuni dengan melihat potansi yang ada di Sulut mulai dari pinggiran sehingga bisa menghasilkan kebijakan yang cerdas,” tegas Jerry.

Sebagai informasi, banyak tokoh yang menurut Jerry bisa jadi penerus Gubernur Olly dondokambey diantaranya, Joune Ganda, Andi Silangen, Rio Dondokambey, Elly Lasut, Jerry Sambuaga, Steven Kandouw, Irjen Pol (Purn) Carlo Tewu  tapi yang berani menyatakan siap bertarung yakni Irjen Pol (Purn) Roy Lumowa.

“Saya kira Roy Lumowa punya karakter yang kuat menjadi pemimpin di Sulut 2024 mendatang, apalagi backgroundnya tak bisa dianggap sepele. Mantan Kapolda di Sulu dan Kakorlantas Mabes Polri init paham betul geo politik dan geo ekonomi daerah Nyiur Melambai,” kata Jerry.

Saat ini kata Jerry, Roy sudah memperkenalkan dirinya dan publik yang menilainya mulai dari standar kelayakan dan kepatutan.

Sementara Rocky Gerung menyoroti banyaknya praktek politik transaksional di Pilkada Sulut 2020 lalu., mind set di partai politik kepada bakal calon atau kandidat berapa isi kantong bukan bagaimana kemampuan daya pikirnya dalam membuat kebijakan yang cerdas untuk keluar dari sebuah permasalahan.

“Oleh sebab itu didalam hal penyelenggaraan pilkada atau pemilu jangan copy paste kebijakan sebelumnya.  Harus ada kebijakan yang revolosioner jangan hanya ngurusi ukuran baliho, urusan kertas suara, urusan kotak suara atau urusan lainnya yang tak ada hubungannya dengan bagaimana menyelenggarakan suatu pilkada atau pemilu yang bisa menghasilkan pemimpin yang kredibel dan berkualitas,” jelas Rocky.

Dia juga menyebut, dalam pilkada jangan ada pemimpin yang hanya mengandalkan popularitas dan elektabilitas.

“Anggaran besar di KPU seyogyanya untuk mencari pemimpin yang berkualitas dengan menyelenggarakan suatu kajian terhadap kandidat yang akan maju dalam pilkada.  hasilnya dipublikasikan kepada masyarakat agar tahu kualitas dan kemampuan seorang kandidat,” ucap Rocky.

Jerry Sumampouw menilai suasana yang demokratis dalam pengambilan suatu keputusan sudah terbentuk di daerah Sulut. Menurutnya, keputusan sangat tergantung dari pimpinan atau yang menjadikan rujukan dalam setiap pengambilan keputusan dari pimpinan.

“Hal ini sejalan dengan pendapat Rocky Gerung bahwa 2 tahun lagi akan dilaksanakan pilkada 2024 oleh sebab itu diperlukan generasi muda yang kemampuan pikirnya mempunyai kecerdasan yang merupakan suatu kebanggaan. Bukan mendahulukan amplop,” jelas dia.

Dia berpendapat, kecerdasan berpikir sebagai sebuah nilai sehingga mampu untuk menganalisis dan menjadi garda terdepan dalam perubahan untuk mendapatkan pemimpin yang berkualitas.

“Politika elektoral yang mengandalkan popularitas dan elektabilitas harus berganti dengan politik cerdas memilih pemimpin yang berkualitas dan kredibel,” pungkas dia.