Presiden Rusia, Vladimir Putin. Dok: ist

JAKARTA – Dilansir dari The Wahington Post, serangan udara Rusia di wilayah Idlib yang dikuasai kelompok pemberontak Suriah menewaskan tujuh orang pada Jumat (22/7/2022).

Dari keterangan Syrian Observatory for Human Rights, empat di antara para korban yang tewas merupakan anak-anak.

Semua anak-anak yang tewas dalam serangan tersebut berusia 10 tahun. Enam diantara tujuh korban tersebut dipastikan merupakan warga sipil yang tak ada kaitannya dengan kelompok pemberontak yang diperangi Rusia.

Syrian Observatory for Human Rights mengaku pihaknya mengonfirmasi para korban yang tewas akibat serangan tersebut, dilansir The Moscow Times. Empat anak yang menjadi korban diketahui merupakan kakak-beradik.

Sementara dua korban pria lainnya yang berhasil diidentifikasi. Namun sayang, masih ada satu korban tewas yang belum berhasil diidentifikasi akibat serangan tersebut.

Organisasi tersebut juga menambahkan masih banyak perempuan dan anak-anak yang masih berada di bawah reruntuhan. Proses evakuasi dikabarkan masih berlangsung sehingga jumlah korban tewas berpotensi untuk bertambah.

Para korban sebagian besar pengungsi Suriah dari Provinsi Hama. Alih-alih mendapatkan perlindungan, mereka malah menjadi korban serangan Rusia di wilayah Idib.

Rusia adalah pendukung utama rezim Presiden Bashar al-Assad. Dengan dukungan Rusia dan Iran, Pemerintah Rusia merebut kembali sebagian besar tanah yang hilang pada tahap awal konflik.

Konflik dikabarkan meletus pada 2011 ketika Pemerintah Rusia secara brutal menindas para demonstran pro-demokrasi, dilansir RFI dari AFP.

Para pemberontak atau kelompok oposisi bersenjata terhadap rezim Suriah saat ini sebagian besar berada di Provinsi Idlib. Sebagian pemberontak lainnya dikabarkan juga berada provinsi tetangga Aleppo, Hama dan Latakia.

Hayat Tahrir al-Sham merupakan kelompok yang dominan di wilayah Idlib. Adapula beberapa kelompok pemberontak lainnya yang masih beroperasi di wilayah tersebut yang diisukan mendapatkan dukungan dari Turkiye.