Andrian Teguh, SH.MH.
Praktisi Kebijakan Publik, Hukum dan Politik

 

Isu Kenaikan harga Mie Instan merebak dalam beberapa hari ini. Hal ini tentunya menimbulkan implikasi yang sangat banyak ditengah kenaikan harga-harga di sektor premier seperti naiknya harga Gas Elpiji dan listrik beberapa minggu lalu tentunya berdampak kepada timbulnya keresahan di masyarakat. Dimana daya beli masyarakat yang menurun.

Kemudian hal ini diperparah dengan kenaikan-kenaikan di sektor kebutuhan pangan non premier seperti mie instan. Yang mana mie instan telah menjadi makanan keseharian bagi masyarakat Indonesia pada umumnya selain makanan pokok lainnya seperti sayur mayur, nasi dan lauk pauk lainnya.

Kenaikan harga mie instan memang tidak berdampak secara signifikan, tapi kebutuhan lainnya yang menggunakan tepung terigu atau gandum selain mie instan juga banyak dan berdampak kepada kenaikan harga-harga makanan.

Hal ini tentunya disebabkan karena ketergantungan Indonesia terhadap gandum sangat tinggi karena bahan dasar mie instan salah satunya adalah tepung terigu yang berasal dari gandum.

Indonesia sebagai produsen mie instan terbesar di dunia merujuk data World Instant Noodles Association (WINA), pada tahun 2020, menempati posisi kedua sebagai negara dengan konsumsi mi instan terbanyak di dunia.

Indonesia mencatat konsumsi 12,64 miliar bungkus mie instan di tahun 2020. Selain itu Indonesia memperluas jaringan penjualan mie instan ke berbagai negara di dunia diantaranya. Arab Saudi, Kuwait, Hongkong dan Australia.

Seperti kita ketahui, komiditi gandum saat ini banyak terdapat di daerah Eropa khususnya di Eropa Timur. Saat ini kondisi politik internasional seperti kita ketahui sangat panas perang antara Rusia dan Ukraina, hal ini berdampak kepada ekonomi global dan pengaruh ke harga-harga pangan dan minyak bumi.

Keadaan ini tentu saja berdampak kepada harga komiditi gandum tersebut yang mengakibatkan harga-harga terkait tepung terigu seperti mie instan, roti, dan kue-kue terkena imbasnya.

Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS), impor gandum dan meslin Indonesia mencapai 4,359 juta ton dengan nilai USD 1,647 miliar di sepanjang Januari-Mei 2022.

Dari data tersebut sangat besar memang kebutuhan akan biji gandum tersebut. Sementara pemerintah saat ini belum melakukan Langkah-langkah preventif untuk menjaga stabilitas harga gandum. Bukan tidak mungkin selain gandum seperti kedelai kita yang masih import akan ikut mengalami kenaikan. Pemerintah perlu menyadari hal tersebut, terlebih ketahanan pangan kita perlu diperhatikan.

Sebenarnya pemerintah perlu memberikan solusi akan ketergantungan kebutuhan pangan yang bersifat import seperti Gandum misalnya bisa dialihkan kepada ketela pohon atau singkong.

Yang mana kebutuhan tepung tapioka atau tepung mocaf yang berasal dari singkong sangat diminati di Jepang sebagai olahan mie instan mereka seperti mie udon yang kita kenal di restoran Jepang yang menyajikan mie ramen.

Seperti kita ketahui ketela Pohon atau singkong banyak di temui di Indonesia dan menjadi komoditi pangan terbesar sebenarnya setelah olahan gandum.

Olahan singkong yang berupa tepung tapioka atau tepung mocaf dapat digunakan juga sebagai mie instan, kue-kue dan roti. Hanya saja memang secara rasa tidak seenak gandum karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Hal tersebut bisa dilakukan secara Mix Powder (Pencampuran jenis tepung) atau menghilangkan rasa pada tepung tapioka atau mocafnya.

Namun hal tersebut perlu di dukung oleh pemerintah dengan inovasi dan teknologi yang mendukung untuk beralih kepada komiditi local sehingga ketergantungan masyarkat kepada komoditi pangan import tidak terus menerus.

Hal ini tentu saja menjadi main point dalam keberhasilan kita menjaga ketahanan pangan kita ditengah krisis global dan ancaman resesi dunia. Sudah saatnya pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian melalui lembaga Dewan Ketahanan Pangan melakukan inovasi teknologi yang mengoptimalkan pangan lokal untuk dijadikan sebagai alternatif pengganti Gandum.

Sehingga mie instan yang ada saat ini bisa saja diganti dengan tepung singkong dengan nutrisi dan gizi yang lebih sehat ketimbang menggunakan gandum.

Lampung, 16 Agustus 2022