Foto: ilustrasi

JAKARTA – Diskusi publik yang diselenggarakan Yayasan Karitas Sani madani (Karisma) singgung paradigma buruk terhadap orang dengan HIV (odhiv). Sehingga terkesan ada tindakan diskriminasi di kalangan masyarakat.

“Seharusnya dia (odhiv) sudah tahu status HIV, jadi tidak berani masuk ke layanan. Salah satu faktornya tadi, stigma diskriminasi masih kencang,” kata Reza monitoring officer dalam kegiatan Media Visit di Taman Barito, K, Jakarta Selatan, Rabu (2/10/2022).

Untuk itu, kata dia, sangat di butuhkan publikasi secara luas guna memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang ilmu HIV.

Menurutnya, tidak dapat dipungkiri bagi sebagian masyarakat odhiv masih menjadi tabu.

“Orang yang meninggal karena HIV enggak ada yang berani mandikan (jenazahnya), atau ada pekerja kena HIV lalu dikeluarkan dari pekerjaannya. Anak sekolah tertular HIV dari orang tuanya enggak boleh sekolah disitu lagi, padahal hak setiap warga negara mendapat pekerjaan dan akes pendidikan yang layak,” jelas dia.

Dia mengatakan saat ini pemerintah punya program untuk odhiv yakni promotif, preventiv, kuratif dan rehabilitatif.

“Sayangnya di indonesia promotif dan preventivnya masih kurang. Malah yang dikedepankan cenderung paradigmanya menakut-nakuti. Paradigma masyarakat HIV itu jelek penyakit kutukan dan lain-lain,” ungkap dia.

Jurnalis: Dirham