Presiden Joko Widodo saat menghadiri KTT ke-4 ASEAN-Rusia, secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jabar, Kamis (28/10/2021).

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat giliran bicara tepat setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden di KTT tentang perubahan iklim di Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11/2021).

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi menyampaikan bahwa pemerintahannya telah melakukan aksi nyata untuk mengurangi emisi karbon dan mencegah kerusakan lingkungan.

“Dengan potensi alam yang begitu besar, Indonesia terus berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan juga turun 82% di tahun 2020,” kata Jokowi dalam pidato yang disiarkan secara langsung oleh penyelenggara melalui akun YouTube.

“Indonesia juga telah mulai merehabilitasi hutan mangrove seluas 600.000 hektare sampai di tahun 2024 — terluas di dunia. Indonesia juga telah merehabilitasi 3 juta [hektare] lahan kritis antara tahun 2010 sampai 2019. Sektor yang semula menyumbang 60% emisi Indonesia akan mencapai carbon net zinc selambatnya di tahun 2030,” tambahnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat giliran bicara tepat setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden di KTT tentang perubahan iklim di Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11/2021).

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi menyampaikan bahwa pemerintahannya telah melakukan aksi nyata untuk mengurangi emisi karbon dan mencegah kerusakan lingkungan.

“Dengan potensi alam yang begitu besar, Indonesia terus berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan juga turun 82% di tahun 2020,” kata Jokowi dalam pidato yang disiarkan secara langsung oleh penyelenggara melalui akun YouTube.

“Indonesia juga telah mulai merehabilitasi hutan mangrove seluas 600.000 hektare sampai di tahun 2024 — terluas di dunia. Indonesia juga telah merehabilitasi 3 juta [hektare] lahan kritis antara tahun 2010 sampai 2019. Sektor yang semula menyumbang 60% emisi Indonesia akan mencapai carbon net zinc selambatnya di tahun 2030,” imbuhnya.

Selain itu, menurut Presiden, Indonesia juga mengambil tindakan di bidang energi dengan pengembangan ekosistem mobill listrik dan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya yang terbesar di Asia Tenggara.

Tidak lupa Jokowi memaparkan bahwa pemanfaatan sumber energi baru terbarukan seperti biofuel juga makin meningkat.

Pemerintah Indonesia juga mendorong pengembangan industri berbasis clean energy, termasuk pembangunan kawasan industri hijau di Kalimantan Utara yang diklaim terbesar di dunia.

“Perubahan iklim adalah ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global. Solidaritas, kemitraan, kerja sama, kolaborasi global merupakan kunci,” terangnya.

Aksi nyata Indonesia tidak akan bisa optimal tanpa dukungan teknologi dan pendanaan dari negara maju.

“Pertanyaannya: Seberapa besar kontribusi negara maju untuk kami? Transfer teknologi apa yang bisa diberikan? Ini butuh aksi, butuh implementasi secepatnya,” kata Presiden.

“Selain itu, carbon market dan carbon price harus menjadi bagian dari upaya penanganan isu perubahan iklim. Ekosistem ekonomi karbon yang transparan, berintegritas, inklusif, dan adil harus diciptakan,” ucapnya.

KTT di Glasgow, yang sering disebut sebagai COP-26, akan berlangsung lebih dari sepekan, diikuti oleh lebih dari 120 kepala negara/pemerintahan.

KTT bertujuan untuk mewujudkan Perjanjian Paris yaitu menjaga kenaikan suhu global maksimal 1,5 derajat Celsius. Menurut penelitian yang didukung PBB, tren peningkatan suhu yang terjadi sekarang akan mencapai 2,7C.