JAKARTA – Ketua Umum NasDem Surya Paloh bertemu dengan partai Golkar. Paloh mengungkap, agenda pertemuan dengan Golkar adalah prioritas.
Merespon hal itu Pengamat Polotik dsri Stisospol Waskita Dharma Malang Imran Fathoni mengatakan apakah Paloh akan melobi Golkar agar mau menggandeng Anies dengan Ridwan Kamil yang telah resmi menjadi kader partai berlambang beringin itu.
“Bergabungnya PKS dengan koalisi perubahan semakin memuluskan langkah Anies Baswedan untuk mencalonkan diri sebagai Presiden. Anies telah didukung oleh 3 partai yang kalau jumlah kursinya di DPR digabungkan akan lebih dari syarat 20%. Partai-partai lain harus memilih, ikut koalisi ini atau membuat koalisi baru,” kata dia kepada Indonesiaparlemen.com di Jakarta, Kamis (2/2/2023).
Selanjutnya, kata dia tinggal menunggu siapa cawapres potensial untuk digandengkan dengan Anies Baswedan.
“PKS dan Demokrat sudah legowo. Keterangan resmi dari kedua partai tersebut menyebut bahwa mereka menyerahkan kepada Anies untuk memilih siapa pendampingnya,” ucap Imran
Disisi lain dia mengatakan jika Politik adalah arena adu taktik demi mendulang massa sebanyak-banyaknya, maka jawaban dari penantian itu adalah Khofifah Indar Parawansa.
Imran menjelaskan setidaknya ada beberapa alasan yang membuat Khofifah layak mendampingi Anies untuk maju sebagai Cawapres 2024 nanti.
“Pertama, Khofifah adalah Gubernur Jawa Timur. Khofifah punya rekam jejak bagus dalam perpolitikan tanah air. Ia pernah menjadi Anggota DPR RI, Menteri Sosial, hingga terpilih menjadi Gubernur Jatim pada 2019 lalu,” ucap Imran
Djawa adalah Koentji dari pertarungan. Mereka yang menguasai Pulau Jawa adalah pemenangnya.
“Memasangkan Anies dan Khofifah adalah langkah kongkrit mengingat keduanya punya basis massa yang berbeda. Keduanya bisa saing melengkapi dan saling mengisi dari sisi suara, ” sambungnya
Dia mengatakan Khofifah dinilai lebih bisa menjadi pendongkrak suara bagi Anies jika dibandingkan dengan Ridwan Kamil yang memiliki curug yang sama yakni di Jawa Barat.
Apalagi, kata Imran sampai saat ini, Golkar juga masih ngotot mencalonkan Airlangga meski elektabilitasnya tergolong rendah.
“Kedua, soal gender. Eksistensi pemilih perempuan sangat mempengaruhi diskursus politik pada pilpres 2019. Kiprah perempuan demikian terasa sebab mereka menjelma menjadi entitas politik yang aktif berinteraksi dalam pemilu. Apalagi dari sisi jumlah, kelompok ini tidak sedikit,” ungkap Imran
Dia mengatakan memilih Khofifah sebagai cawapres selain bisa menjadi magnet bagi pemilih perempuan dan kalangan emak-emak, keduanya juga akan menjadi pasangan yang substansial dari segi keterwakilan gender.
“Anies dan Khofifah pernah sama-sama menjadi Menteri Jokowi. Keduanya punya rekam jejak bagus dan sama-sama sukses menjadi Gubernur setelah tidak lagi di kabinet. Jika pasangan ini terbentuk, maka bisa dipastikan Pilpres 2024 punya warna baru dan lebih menarik,” ucap Imran
Ketiga, Khofifah adalah kader NU. Saat ini, kata dia selain menjabat Gubernur Jatim, Khofifah juga masuk dalam kepengurusan PBNU.
Dia juga menyakini menggandeng Khofifah adalah langkah kongkrit demi mendulang suara dari para tokoh dan simpatisan NU.
“Inilah yang dilakukan Presiden Jokowi pada Pilpres 2019 lalu. Di detik-detik terakhir, Jokowi memilih Ma’ruf Amin yang dinilai merupakan refresentasi NU. Keputusan itu akhirnya sukses mengantarkan Jokowi menuju periode kedua,” ujar Imran
Dia mengatakan kini, peluang Anies semakin terbuka lebar. Ia sudah mengantongi satu tiket pencapresan.
Bisa dibilang, kata dia, Anies sudah curi start dibanding pesaing-pesaingnya nanti. Di saat partai-partai lain masih sibuk menentukan siapa yang akan dicapreskan, Anies sudah selangkah di depan.
“Pertanyaaanya, apakah momentum ini bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Koalisi Perubahan atau justru sebaliknya. Inilah realitas politik. Selalu ada kejutan dalam setiap tahapannya. Sebagai rakyat, kita hanya bisa menyaksikan dari jauh sambil berharap mereka yang akan terpilih nanti benar-benar memihak kaum lemah,” pungkasnya.
Jurnalis: Agung Nugroho
Tinggalkan Balasan