ANKARA – Tim penyelamat di Türki dan Suriah berusaha melawan cuaca dingin pada hari Selasa (7/2/2023) dan berpacu dengan waktu untuk menemukan korban selamat di bawah bangunan yang rata akibat gempa dahsyat yang menewaskan lebih dari 7.800 orang.
Gempa hebat yang menimbulkan lebih banyak penderitaan di daerah perbatasan, yang sudah dilanda konflik, membuat orang-orang di jalanan membakar puing-puing untuk mencoba tetap hangat saat bantuan internasional mulai berdatangan.
Tetapi beberapa kisah bertahan hidup yang luar biasa telah muncul, termasuk bayi yang baru lahir yang ditarik hidup-hidup dari puing-puing di Suriah , masih terikat tali pusar ke ibunya yang meninggal dalam gempa Turki hari Senin (5/2/2023).
“Kami mendengar suara saat sedang menggali,” kata Khalil al-Suwadi, seorang kerabat, kepada AFP.
“Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar (utuh) jadi kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit,” tambah dia.
Bayi itu adalah satu-satunya yang selamat dari keluarga terdekatnya, sisanya tewas di kota Jindayris yang dikuasai pemberontak.
Gempa berkekuatan (M) 7,8 melanda pada hari Senin pagi ketika orang-orang tidur, meratakan ribuan bangunan, menjebak sejumlah orang yang tidak diketahui dan berpotensi berdampak pada jutaan orang.
Seluruh bangunan runtuh, meninggalkan beberapa kerusakan terparah di dekat pusat gempa antara kota Gaziantep dan Kahramanmaras di Turki.
Kehancuran tersebut menyebabkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan di 10 provinsi tenggara.
Puluhan negara termasuk Amerika Serikat, Tiongkok, dan negara-negara Teluk telah berjanji untuk membantu, dan tim pencari serta pasokan bantuan mulai berdatangan melalui udara.
Namun orang-orang di beberapa daerah yang paling terpukul mengatakan mereka merasa harus berjuang sendiri.
“Saya tidak bisa menemukan saudara saya kembali dari reruntuhan. Saya tidak bisa mendapatkan kembali keponakan saya. Lihat di sekitar sini. Tidak ada pejabat negara di sini, demi Tuhan,” kata Ali Sagiroglu di kota Kahramanmaras, Turki.
“Selama dua hari kami tidak melihat keadaan di sekitar sini… Anak-anak beku karena kedinginan,” tambahnya.
Badai musim dingin menambah kesengsaraan dengan membuat banyak jalan, beberapa di antaranya rusak akibat gempa, hampir tidak dapat dilalui, mengakibatkan kemacetan lalu lintas yang membentang berkilo-kilometer di beberapa daerah.
Dinginnya hujan dan salju merupakan risiko baik bagi orang-orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk berlindung di masjid, sekolah atau bahkan halte bus.
Tinggalkan Balasan