TULUNGAGUNG – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar ingin menjadikan Kota Tulungagung sebagai ikon ikan mas koki. Dia menilai, dengan ikon yang mudah diingat dan mendunia seperti ikan mas koki, maka akan mempercepat nama Indonesia naik di pasar dunia.
“Saya harapkan di mana pun ikan mas koki dibudidayakan, maka di situ selalu pasarnya di luar adalah ikan mas koki Tulungagung,” kata Gus Halim, sapaan Abdul Halim Iskandar saat melepas ekspor ikan mas koki produk petani Desa Sejahtera Astra di Desa Wajak Lor, Tulungagung, Jawa Timur, Minggu (12/3/2022).
Gus Halim menyebut ikan mas koki khas Tulungagung bisa dibudidayakan secara optimal dan terus diekspor ke manca negara.
“Saya berharap ekspor ini terus bisa dikembangkan oleh Pak Bupati dan oleh seluruh petani ikan mas koki di Tulungagung. Sampai terbangun sebuah persepsi yang masuk di warga kita semua, termasuk penerima ekspor ikan itu, bahwa ikan mas koki itu ya Tulungagung,” tandasnya.
Keberhasilan budidaya ikan mas koki ini diharapkan Gus Halim bisa menjadi percontohan di tempat-tempat lain. Tentunya dengan menggunakan merek yang sama, yaitu ikan mas koki Tulungagung.
“Ini harapan kita supaya nempel betul. Sehingga nanti ke depan dalam konteks ekspor itu, di Indonesia tiap-tiap daerah punya branding yang khas. Ikan mas koki dari Tulungagung,” urainya.
Gus Halim menambahkan, saat ini Tulungagung melepas ekspor 40.000 ekor ikan hias setiap bulannya. Namun jumlah tersebut masih kurang dikarenakan kebutuhan pasar yang cukup tinggi.
“Itu pun (kebutuhan ekspor) masih kurang, karena belum tersedia secara maksimal. Jadi Pak Bupati beserta warga masyarakat Tulungagung masih punya tanggung jawab untuk memenuhi kuota itu. Dan itu amat sangat menarik,” ucap dia.
“Karena kalau sekarang 40.000 ekor setiap bulan, kemudian naik 50.000, 60.000, itu berarti yang akan mendapatkan keuntungan nilai tambah ya warga masyarakat Tulungagung. Itu yang saya sebut sebagai upaya akselerasi ekonomi kita hari ini yang paling bagus memang ekspor,” sebut Gus Halim.
Menurut Gus Halim, permasalahan yang paling menonjol yang dihadapi dalam setiap pendampingan di warga masyarakat desa bukan bicara proses produksi, melainkan pasarnya.
Oleh karena itu diharapkan dengan adanya sinergitas lintas kementerian dan lintas lembaga serta keterlibatan masyarakat dapat meningkatkan kebutuhan ekspor.
“Nah di sini pasar sudah ada, tinggal kemudian kita bersama-sama lintas kementerian, lintas lembaga bersama dengan Pak Bupati dan warga masyarakat Tulungagung untuk meningkatkan kebutuhan ekspor,” pungkas Gus Halim.
Jurnalis: Dirham
Tinggalkan Balasan