JAKARTA – Presiden Joe Biden,menyatakan akan mencalonkan diri untuk masa jabatan Gedung Putih kedua pada 2024. Hal ini adalah sebuah keputusan yang akan menguji apakah orang Amerika siap untuk memberikan kesempatan bagi Calon Demokrat berusia 80 tahun, yang sudah menjadi presiden AS tertua, empat tahun lagi menjabat.
Biden membuat pengumumannya dalam video yang diproduksi dengan apik yang dirilis oleh tim kampanye barunya, di mana dia menyatakan bahwa tugasnya adalah mempertahankan demokrasi Amerika. Ini dibuka dengan citra dari serangan 6 Januari 2021 di Capitol AS oleh pendukung mantan Presiden Donald Trump.
“Ketika saya mencalonkan diri sebagai presiden empat tahun lalu, saya mengatakan kita sedang berjuang untuk jiwa Amerika, dan kita masih melakukannya,” kata Biden, Selasa (25/4/2023).
“Ini bukan waktunya untuk berpuas diri. Itu sebabnya saya mencalonkan diri kembali. Mari kita tuntaskan pekerjaan ini. Saya tahu kita bisa,” ucap dia.
Biden menggambarkan platform Republik sebagai ancaman terhadap kebebasan Amerika, bersumpah untuk melawan upaya membatasi perawatan kesehatan wanita, memotong Jaminan Sosial dan melarang buku, sambil mengecam “ekstremis MAGA”. MAGA adalah akronim dari slogan politik “Make America Great Again” dari Trump, yang mungkin menjadi lawan Biden dari Partai Republik dalam pemilu November 2024.
Masuknya Biden ke dalam persaingan ini menyusul pengumuman Trump pada November bahwa dia akan mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua setelah kalah dalam kontes 2020 dari Biden.
Biden, yang mencalonkan diri sebagai petahana, kemungkinan tidak akan menghadapi banyak persaingan dari dalam partainya. Tidak ada Demokrat senior yang menunjukkan tanda-tanda menantangnya dan dia telah menyusun dewan Demokrat bintang baru untuk menjadi penasihat kampanyenya, termasuk gubernur J.B. Pritzker dari Illinois dan Josh Shapiro dari Pennsylvania.
Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik yang potensial dan diumumkan telah mulai membingkai pemilu 2024 seputar pemotongan pengeluaran pemerintah di tengah inflasi yang masih tinggi, pembatasan aborsi, kejahatan di kota-kota yang dikelola Demokrat, dan imigrasi ilegal.
Dua calon penantang kuat dari Republikan, Trump dan Gubernur Florida Ron DeSantis, ingin membatasi akses anak-anak trans ke tim olahraga dan perawatan medis yang menegaskan gender, dan membatasi cara sekolah mengajarkan masalah LGBTQ+ dan sejarah perbudakan dan perbedaan ras di Amerika.
Biden menjalankan sebagian besar kampanye virtual untuk mengalahkan Trump dalam pemilu 2020 saat Covid merajalela, dengan mengatakan dia berusaha untuk menyatukan negara, membangun kembali ekonomi, dan mengendalikan virus dengan lebih baik.
Dengan sebagian besar pembatasan pandemi berakhir di Amerika Serikat, persaingan 2024 kemungkinan akan jauh berbeda, lebih banyak urusan fisik.
Setelah kalah 7 juta suara dari Biden pada 2020, Trump menolak untuk mengakui kekalahan, dengan mengklaim bahwa telah terjadi kecurangan pemilu yang meluas. (*)
Tinggalkan Balasan