JAKARTA – Bank Syariah Indonesia (BSI) mengalami gangguan pada layanannya, baik online banking dan ATM sampai layanan offline di teller sehingga nasabah mengalami kendala bertransaksi pada hari Senin, (8/5/2023) lalu.
Diketahui layanan BSI berangsur bisa dipergunakan khususnya untuk layanan di teller serta di ATM. Malam harinya, secara bertahap layanan BSI Mobile sudah dapat diakses oleh nasabah khususnya pada fitur-fitur basic.
Layanan perbankan BSI telah kembali pulih, baik di kantor cabang, mesin ATM maupun mobile banking pada Kamis 11 Mei 2023, sehingga nasabah dapat bertransaksi secara normal.
Merespon hal itu pakar keamanan siber Pratama Persadha menjelaskan bahwa memang ada indikasi seperti serangan ransomware yang menimpa BSI.
“Jika hanya gangguan layanan karena permasalahan teknis atau perawatan rutin hanya akan membutuhkan waktu dalam hitungan jam, tidak seperti ini. Ini memang mirip dengan akibat serangan siber ransomware,” terang chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC (Communication & Information System Security Research Centre) dalam keterangan rilis di Jakarta, Minggu (14/5/2023)
“Apapun penyebab gangguan itu, tim IT BSI cukup cepat dan responsif dalam melakukan pemulihan layanan, namun mungkin karena masalah yang cukup berat serta kompleksitas infrastruktur yang merupakan gabungan dari 3 bank itu sehingga menyebabkan butuh waktu untuk pemulihannya, dan kita perlu memberikan apresiasi kepada mereka” imbuhnya.
Pria asal Cepu, Jawa Tengah ini juga menambahkan bahwa saat ini sudah ada klaim dari Lockbit 3.0 bahwa geng ransomware ini menyatakan bertanggung jawab atas gangguan yang terjadi di BSI di awal minggu ini.
Lockbit sendiri adalah geng ransomware yang mulai aktif beroperasi pada tahun 2019 dan sudah menjadi salah satu geng ransomware yang menjadi ancaman di dunia.
Lockbit Klaim Berhasil Curi 1,5 Terabyte
Lockbit 3.0 juga mengklaim bahwa saat ini mereka berhasil mencuri 1,5 Terabyte data pribadi dari server BSI. Lockbit memberi tenggat waktu sampai dengan tanggal 15 Mei 2023 pukul 21:09:46 UTC.
Apabila sampai dengan waktu tersebut pihak korban tidak memberikan tebusan maka database akan dibocorkan. Akan tetapi membayar tebusan belum menjamin bahwa kita akan mendapatkan kunci untuk membuka file-file yang di enkripsi dan geng hackernya tidak menjual data yang mereka curi.
Geng ransomware yang saat ini melakukan serangan siber tidak hanya Lockbit. Masih banyak geng APT yang memiliki kemampuan menyerang sistem yang kuat, seperti Ryuk, NetWalker, Maze, Conti, Hive, dan lain-lain.
Investigasi Digital Forensik oleh BSI
“Yang lebih menyulitkan adalah mereka menyediakan layanan Ransomware-as-a-Services (RaaS), yaitu layanan yang memungkinkan siapa saja membuat versi ransomware sendiri untuk melakukan serangan. Bahkan untuk orang yang tidak memiliki keahlian dalam keamanan siber, dari situ bisa dilihat potensi serangan ransomware di dunia akan seperti apa kedepannya” imbuh pakar yang sedang mengambil studi di Lemhanas ini.
Pakar keamanan siber ini juga menambahkan bahwa lebih baik untuk menunggu hasil resmi audit serta investigasi digital forensik yang dilakukan oleh pihak BSI bekerjasama dengan otoritas terkait seperti BSSN atau Intelijen Siber BIN.
Pihak korban, tidak hanya BSI, diharapkan lebih perhatian serta terbuka dengan BSSN selaku koordinator keamanan siber nasional dengan segera melaporkan jika mendapatkan insiden serangan siber.
Dengan demikian BSSN bisa memberikan support dengan melakukan asistensi penanganan insiden, audit dan investigasi sejak awal, dan pihak korban juga dapat lebih fokus pada pemulihan layanan kepada customernya.
“Seluruh PSE, tidak hanya BSI, juga seharusnya memiliki BCM (Business Continuity Management), sehingga mengetahui prosedur yang harus dilakukan jika sistem utama layanan mengalami gangguan. Kesiapan TIK ini sebaiknya direncanakan, diimplementasikan, dipelihara, diuji dan disimulasikan secara berulang, berdasarkan sasaran kontinuitas bisnis dan persyaratan kontinuitas TIK. Di antaranya adalah proses databackup dan recovery. Yang juga penting dilakukan oleh PSE adalah secara berkala melakukan assesment terhadap keamanan siber dari sistem yang dimiliki,” ucap pria yang juga menjadi dosen di STIN.
Mengingat belum diketahui secara pasti yakni benar atau tidaknya adanya pencurian data BSI yang dilakukan oleh geng Lockbit ini, Pratama mengimbau nasabah senantiasa waspada dan berhati-hati, mengambil langkah pencegahan dengan melakukan pergantian seluruh kredensial yang ada di BSI seperti password mobile banking, pin ATM, dll.
“Hal ini, untuk mencegah data ini dimanfaatkan oleh pelaku penipuan yang menggunakan data tersebut, baik dengan mengatasnamakan sebagai pihak bank atau melakukan pencurian identitas dan menguras isi rekening seperti kejadian Ilham Bintang sebelumnya,” pungkas dia.
Jurnalis: Agung Nugroho
Tinggalkan Balasan