Pengurus pusat IDAI dr Ririe Fachrina Malisie. Dok: IP/Dirham

JAKARTA – Pengurus pusat IDAI dr Ririe Fachrina Malisie meminta masyarakat sadar ancaman kecelakaan didalam perairan. Terlebih tingkat kematian anak akibat tenggelam masih cukup tinggi.

“Fakta-fakta yang ada setiap tahun ada sekitar 236.000 jiwa kehilangan nyawa akibat tenggelam. Dan setengahnya itu usia umur produktif dibawah umur 30 tahun,” kata dr Ririe Fachrina Malisie ketika menjadi pembicara dalam diskusi hari World Emergency Day bertajuk ‘Apa Yang Harus di Waspadai Pada Anak Berenang’, Selasa (23/5/2023).

Menurutnya, berdasarkan data World Health Organization (WHO) di kepulauan negara Indonesia masih ada ratusan anak dibawah umur yang meninggal akibat tenggelam. Meski begitu, menurutnya ketika usia anak bertambah semakin besar kemungkinannya untuk bertahan.

“Kasus anak tenggelam juga dapat terjadi kerena bencana air banjir atau turbin, dimana hal itu kemungkinan besar terjadi,” ucap dia.

Dia menekankan pentingnya kemampuan seseorang untuk menyelamatkan diri dari bencana di dalam air. Selain itu, orangtua perlu memperhatikan anaknya saat beraktivitas di alam terbuka seperti laut, danau dan sungai.

“Perlu mengajari teknik berenang yang benar kepada anak saat berenang di air terbuka. Misal sebelum turun ke air, wajib kenakan pelampung pada anak yang sesuai dengan ukuran tubuh dan umurnya,” ujar dr Ririe Fachrina.

Sebagai antisipasi, kata dia, jika anak tenggelam orang tua perlu mempelajari teknik pemberian nafas buatan serta melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter jika anaknya memiliki kondisi kesehatan khusus.

Jurnalis: Dirham