JAKARTA – Pengamat Politik Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menilai anggapan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri yang merasa dikhianati Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah hal yang keliru. Menurut Jerry, justru Megawati yang telah melanggar perjanjian Batu Tulis bersama Prabowo Subianto di tahun 2014 silam.
“Ketum PDIP ini pun menghianati perjanjian ini. Wajar saja jika dia dikhianati Jokowi,” kata Jerry kepada Indonesiaparlemen.com, Senin (13/11/2023).
Jerry menyebut salah satu alasan Jokowi keluar dari PDIP untuk keluar dari posisinya sebagai petugas partai. Karena, kata Jerry, selama ini Jokowi identik dengan petugas partai, bukan petugas rakyat.
“Suara Mega lebih kuat dari suara rakyat. Jadi PDIP tak perlu murka dan sedih saat Gibran dipasangkan dengan Prabowo oleh Golkar,” ucap Jerry.
Sementara Airlangga yang rela melepas posisinya sebagai kandidat cawapres demi mengamankan posisi Gibran menjadi sebuah gebrakan yang menurut Jerry tak dibaca PDIP sebelumnya.
“Mereka mengkritik keluarga Jokowi dengan menyebut Kaesang anak ingusan, Jokowi petugas partai sampai Gibran pun. Bahkan saat Gibran ketemu Prabowo Wali Kota Solo ini dihajar habis-habisan PDIP,” jelas Jerry.
Jerry mengungkapkan, PDIP sibuk mengurusi keluarga Jokowi ketimbang membaca arah dan angin politik yang mana Jokowi mulai merasa comfort and safety bersama Gerindra dan Golkar.
“Saya kira kali ini Mega kalah strategi politik dengan Prabowo bahkan Airlangga. Mega berpikir sebagai petugas partai maka otomatis Jokowi akan mendukung Ganjar ternyata Mega keliru dan salah menafsirkan,” pungkas Jerry.
Mengingat perjanjian Batu Tulis. Saat itu, Megawati bersama Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto membuat Perjanjian Batu Tulis. Perjanjian itu dibuat pasangan Megawati-Prabowo yang akan maju pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009, terkait dukungan pada Pemilu 2014.
Prabowo berkenan menjadi calon wakil presiden (cawapres) Megawati ketika menghadapi pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono pada Pilpres 2009. Sebagai imbalanya, Megawati harus mendukung pencalonan Prabowo pada Pilpres 2014.
Sayangnya, janji itu urung terlaksana. Prabowo tidak mendapat dukungan Megawati, yang lebih memilih memajukan Joko Widodo (Jokowi). Alhasil, Prabowo harus berhadapan dengan Jokowi pada Pilpres 2014. Setelah kalah, Prabowo lawan Jokowi kembali terulang pada Pilpres 2019, dengan hasil serupa.
Jurnalis: Angie
Tinggalkan Balasan