JAKARTA – Kenaikan harga beras dan cabai di Indonesia mendapatkan perhatian media asing. Media ekonomi internasional asal AS, CNBC International, pun menyoroti hal ini.
Dalam pemberitaan Sabtu, (2/3/2024), CNBC menyebut bahwa tingkat inflasi Indonesia pada bulan Februari berada di level 2,75% karena melonjaknya harga pangan.
Pejabat senior Badan Pusat Statistik (BPS), M Habibullah menyebut harga beras, daging ayam, cabai dan gula merupakan kontributor terbesar terhadap inflasi bulan Februari.
Menurut indeks harga beras nasional yang dilacak oleh biro tersebut, harga eceran beras naik 19,28% per tahun di bulan Februari ke rekor tertinggi sebagai antisipasi penurunan produksi.
Di sisi lain, Indonesia memperkirakan produksi beras pada masa panen Januari-April 2024 akan turun sebesar 17,52%.
Tingkat inflasi inti, yang tidak memperhitungkan harga-harga yang dikendalikan pemerintah dan harga bahan pangan yang fluktuatif, berada pada angka 1,68% di bulan Februari. Inj berubah dari bulan sebelumnya dan di bawah prediksi pasar sebesar 1,71%.
Bank Indonesia (BI) mengatakan pada pekan lalu bahwa pihaknya menginginkan inflasi bahan makanan yang fluktuatif (volatile food) berada di sekitar 5%. Lembaga ini memperkirakan kenaikan harga pangan hanya bersifat sementara karena faktor musiman, yang mempengaruhi pasokan.
Situasi ini, menurut ekonom, tidak akan mempengaruhi kebijakan suku bunga BI. Pasalnya, angka ini masih dalam target BI. “BI akan mempertahankan suku bunga sampai risiko global berkurang, terutama terhadap inflasi,” kata ekonom Maybank, Myrdal Gunarto.
Tinggalkan Balasan