Foto: ilustrasi

JAKARTA – Pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp 17 triliun untuk pengembangan laptop lokal kemudian disebut laptop merah putih dan produk teknologi informasi lokal lainnya hingga 2024. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada 22 Juli 2021.

Dijelaskan Luhut, ada enam produsen laptop dalam negeri dengan nilai tingkat kandungan dalam negeri 25 persen dan telah dapat memenuhi kebutuhan pengadaan Kemendikbudristek dan Pemda pada tahun ini.

Enam produsen itu adalah PT Zyrexindo Mandiri Buana, PT Tera Data Indonusa, PT Supertone, PT Evercoss Technology Indonesia, PT Bangga Teknologi Indonesia, dan Acer Manufacturing Indonesia. Luhut mengungkapkan kesiapan produksi laptop dalam negeri ini adalah 351 ribu unit pada September 2021, dan total sebanyak 718.100 unit pada November 2021.

Berikut profil dari enam perusahaan pemasok laptop local dikutip dari Tempo.co.

PT Zyrexindo Mandiri Buana

Zyrex Mandiri Buana adalah perusahaan yang berbasis di Indonesia, dengan kantor pusatnya di Jakarta Barat. Perusahaan ini beroperasi di sektor Manufaktur Komputer Elektronik. Zyrex Mandiri Buana didirikan pada 14 Mei 1996 oleh Timothy Sidik.

Visi perusahaan ini adalah menjadikan Indonesia bangga dengan produk teknologi lokal. Melansir dari laman Zyrex.com, perusahaan ini merakit dan menjual produk IT dengan mereknya sendiri “zyrex”. Merek tersebut telah terdaftar sebagai merek dagang di bawah Undang-Undang Merek dan Paten Indonesia (Kementerian Hukum dan HAM) sejak tahun 1996.

PT Tera Data Indonusa

PT Tera Data Indonusa (TDI) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi dan pemasaran produk-produk IT dengan wilayah operasional di seluruh Indonesia.

Produk dari perusahaan ini beberapa di antaranya adalah AXIOO, Visipro, dan lain-lain. Axioo sendiri merupakan salah satu perusahaan elektronik di Indonesia yang memproduksi atau menyediakan komputer, Laptop, telepon pintar, tablet dan sebagainya. Pendiri Axioo adalah David Kartono yang berasal dari Indonesia.

PT Supertone

Melansir dari laman spc-Indonesia.com, PT. Supertone didirikan pada tahun 1989. Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun, perusahaan ini telah memproduksi produk TI dan produk elektronik dengan merek “SPC”.

Supertone adalah salah satu pelopor perusahaan lokal yang mendukung program Pemerintah, dengan memproduksi produk di dalam negeri.

Supertone berkantor pusat di Jl. Gajah Mada, Jakarta Barat, dan lokasi pabriknya terletak di daerah Curug Bitung di Tangerang.

PT Evercoss Technology Indonesia

Evercoss merupakan salah satu merek smartphone di Indonesia. Sebelumnya Evercoss bernama CROSS. Kemudian pada 20 September 2013, CROSS Mobile Phone berubah nama menjadi Evercoss.

Pada tahun 2014, PT.Aries Indo Global membangun pabrik yang di Semarang Jawa Tengah. Melansir dari laman Evercoss. hal ini bertujuan untuk memfokuskan melakukan perakitan perangkat smartphone dengan pengawasan yang lebih ketat.

Selain itu, tujuan pembangunan pabrik dikarenakan adanya rasa nasionalisme untuk mendukung pembangunan di Indonesia, sehingga terbukanya lapangan pekerjaan.

PT Bangga Teknologi Indonesia

PT Bangga Teknologi Indonesia adalah produsen tablet dan smartphone android terkemuka di Indonesia dengan merk “Advan Vandroid” yang saat ini menguasai lebih dari 75 persen pasar Tablet dan smartphone android di Indonesia. Selain itu, perusahaan ini juga memproduksi Handphone.

Melansir dari laman Advandigital, Advan didirikan di Indonesia sejak November 2007 oleh Rudy Tirta.

PT Acer Manufacturing Indonesia

Perusahaan ini dikenal dengan produk laptopnya dengan merek “acer”. Acer merupakan salah satu perusahaan produsen barang-barang elektronik terkenal di dunia.

Produk Acer antara lain adalah komputer, laptop, monitor, dan smartphone. Perusahaan ini pertama kali didirikan dengan nama Multitech yang didirikan pada 1976, yang kemudian dinamakan Acer pada 1987. Grup pan Acer mempekerjakan 39.000 orang di lebih dari 100 negara.

Namun, langkah Luhut tersebut mendapat kritikan mantan Menteri KKP Susi Pudjiastuti. Ia menyarankan uang yang dipakai untuk pengadaan laptop sebesar Rp 17 Triliun itu sebaiknya dialokasikan untuk bantuan langsung tunai di masa pandemi Covid-19. “Berikan uangnya untuk bantuan langsung tunai. Perbolehkan mereka memilih apa yang dibutuhkan hari ini dan membeli yang mereka perlukan kali ini,” ujarnya dalam Twitter resminya, @susipudjiastuti, Sabtu, 23 Juli 2021.