JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis kenaikan angka kasus demam berdarah (DBD) di sebagian wilayah Indonesia. Pada 2022, angka kejadian capai 143.184. Provinsi dengan insiden DBD tertinggi terjadi di Jawa Barat yakni sebanyak 36.500 kasus.

Data tersebut dipaparkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi dalam konferensi pers memperingati ASEAN Dengue Day 2023, Senin (12/06/2023).

“Selama 2022 total kasus DBD itu ada lebih dari 143.000 dengan yang paling banyak terjadi di Jawa Barat yaitu sekitar 36.500. Kemudian disusul Jawa Timur, Jawa Tengah, kemudian Sumatera Utara,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi di Gedung Kemenkes.

“Tetapi, kalau dilihat dari insiden rate per 100.000 penduduk itu yang paling banyak justru di daerah Kalimantan Utara, diikuti Bangka Belitung, dan daerah Bali juga besar,” tambahnya.

Imran Pambudi mengatakan penyakit demam berdarah merupakan neglected tropical deseas atau penyakit yang terabaikan oleh World Health Organization (WHO), karena hanya ada di negara tertentu seperti negara ASEAN.

Sementara, dalam periode 2022 angka kematian akibat DBD mencapai 1.200 kasus kematian dan hampir 65% terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Provinsi dengan angka kematian terbanyak terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa timur, dan Sumatera Utara.

“Kalau kita lihat dari case fatality rate-nya jumlah yang meninggal dibagi jumlah kasus, yang pertama di daerah Sumatera Selatan, kemudian Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Jawa Timur, dan Jawa Tengah,” kata Imran.

Dibandingkan dalam periode tahun 2023 hingga minggu ke-22, insiden DBD telah mencapai sebanyak 35.694 kasus. Provinsi Jawa Barat memiliki kasus terbanyak denhan lebih dari 6.000 kasus, Bali sebanyak 3.400 kasus, kemudian diikuti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Tak hanya itu, 5 kota dengan jumlah kasus DBD terbanyak ada di Kota Denpasar, Kota Bandung, Bima, Kabupaten Badung, dan Kota Balikpapan. Dengan kematian mencapai 270 kasus.

Kasus kematian ini tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, NTB, dan Kalimantan Timur. Sedangkan, kota dengan kematian tertinggi akibat DBD terjadi di Kendal, Bima, Probolinggo, Semarang, dan Blora.

Dengan case fatality rate tertinggi meliputi Kabupaten Kaur sebesar 33,3; Majene sebesar 25; Bangka Selatan mencapai 10,6; Muara Enim mencapai 9,5; dan Kepulauan Sangihe 8.

Sebagai upaya mencegah meningkatnya kasus DBD di Indonesia, Konsultan Infeksi dan Penyakit Tropis Anak FKUI-RSCM, dr. Mulya Rahma Karyanti meminta masyarakat melakukan sejumlah langkah preventif.

“Pesan 3M Plus harus tetap digaungkan oleh masyarakat untuk melakukan membersikan tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypti. Seminggu sekali aja dibersihkan dengan menguras, menimbun, atau menutup tempat-tempat penampungan air yang bisa mencegah jentik menjadi nyamuk dewasa,” ujar dr. Mulya Rahma Karyanti di Gedung Kemenkes, Senin (12/06/2023).

Masyarakat diminta mewaspadai tanda bahaya atau warning sign seperti jika mengalami demam hingga hari ketiga yang diikuti kondisi tubuh yang lemas, selalu ingin tertidur, muntah, nyeri perut hebat, pendarahan, bintik merah di kulit, mimisan, gusi berdarah hingga buang air besar berdarah. Ia meminta masyarakat harus melakukan cek intensif dan berkala demi menghindari bahaya DBD.

Jurnalis: Agung Nugroho