JAKARTA – Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menegaskan komitmennya untuk mengutamakan pendekatan smart power dalam menanggulangi serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua. Pendekatan ini menjadi fokus utama sejak Agus dilantik sebagai pimpinan tertinggi angkatan bersenjata Indonesia pada akhir November lalu.

Strategi soft power telah diterapkan oleh TNI dalam penanganan kekerasan dan tindak terorisme di ujung timur Indonesia. Namun, Jenderal Agus menyatakan bahwa pihaknya akan beralih ke hard power jika serangan terus berlanjut di lapangan.

“Penanganan kekerasan di Papua harus menggunakan smart power, menggunakan soft power. Penggunaan hard power adalah langkah terakhir, seperti yang terjadi sekarang di mana mereka menyerang kita, kita akan menggunakan hard power,” ungkap Agus dalam konferensi pers setelah serah terima jabatan KSAD kepada Jenderal Maruli Simanjuntak di Jakarta pada Jumat (1/12/2023).

Serangan dan kekerasan dari kelompok kriminal bersenjata di Papua terus menimbulkan korban di kalangan TNI. Kontak senjata terakhir antara pasukan TNI dan kelompok tak dikenal di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, pada 25 November 2023, menyebabkan satu anggota Yonif 411 MR/Pandawa gugur.

Agus, selaku panglima TNI, menyampaikan belasungkawa kepada keluarga prajurit yang gugur dalam peristiwa tersebut. Ia menjamin bahwa pihaknya akan segera memenuhi kewajiban dan memastikan hak-hak seperti asuransi dan gaji akan tersalurkan kepada keluarga korban.

“Kewajiban dan hak-haknya akan kita penuhi. Asabri memberikan Rp 450 juta, kemudian ada juga 12 kali gaji, itu satu tahun penuh, kita berikan gaji penuh. Ada dari BRI, BJB, hampir Rp 600 juta lebih per orang,” ujar Agus.