JAKARTA – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian melarang adanya tindak kekerasan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).
Alih-alih melakukan kekerasan, praja diminta untuk lebih disiplin dan bersih. Sebab, sikap itu, kata Tito, akan terbawa hingga nanti para praja menjadi alumni dan pemimpin.
“Kekerasan itu tidak boleh terjadi, karena memang tidak ada gunanya,” kata Tito Karnavian pada Pelantikan Kepala Satuan (Kasat) Manggala Praja dan Kasat Bina Pelatihan Praja IPDN di Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta, Jumat (19/8/2022).
Dia mengatakan, kekerasan yang dilakukan di sekolah kedinasan adalah sebuah kesalahan. Sebab, kekerasan hanya akan memicu timbulnya kekerasan baru. Jika hal itu dibiarkan, maka siklus kekerasan akan terus berulang dari tahun ke tahun.
Karena itu, Tito meminta rektor dan seluruh jajaran agar memastikan praktik kekerasan tidak terjadi di IPDN.
“Karena dampak negatifnya jauh lebih besar, nanti terbawa juga senior-senior akan memukul juniornya, keluar dia nanti akan main pukul juga dengan masyarakat, dengan bawahan, dan lain-lain. Ini tidak boleh terjadi, harus diputus,” jelas dia.
Meski melarang kekerasan, tak berarti Tito melonggarkan kedisiplinan. Menurutnya, pendisiplinan dapat dilakukan dengan cara lain yang lebih positif. Salah satunya, dengan latihan fisik yang membuat praja sehat, seperti push up, sit up, dan squat jump.
“Budaya-budaya di IPDN yang terkesan militeristik, bukan berarti tidak ada yang positif. Contohnya disiplin tepat waktu, bersih, kebersihan, itu juga budaya-budaya yang baik, yang bukan hanya dimiliki atau didominasi oleh militer. Tidak (seperti itu). Tetapi semua instansi harus melakukan itu, dan semua pihak, termasuk swasta, juga harus disiplin, tepat waktu, bersih,” ujarnya.
Jurnalis: Agung Nugroho
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan