Kegiatan regular meeting monitoring verifikasi yayasan Karisma untuk program penanggulangan HIV/AIDS, di Jakarta, Kamis (20/10/2022). Dok: IP/Udin

JAKARTA – Yayasan Karitas Sani Mardani (Karisma) Indonesia melakukan kegiatan regular meeting monitoring verifikasi untuk program penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.

Dalam kegiatan ini, salah satu isu yang dibahas yakni penanganan HIV/AIDS di Indonesia dengan memaksimalkan komponen setiap lapisan masyarakat.

Menurutnya, penanganan HIV/AIDS di Indonesia membutuhkan usaha cerdas dengan memaksimalkan multi komponen yang ada pada setiap lapisan masyarakat.

“Sebenarnya bila kita bicara penanganan serta penanggulangan HIV/AIDS adalah tugas pemerintah. Harusnya peran serta masyarakat juga dilibatkan, kata Reza Novalino salah satu anggota Karisma dalam dikusi di Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (20/10/2022).

Reza juga menyoroti banyaknya pemberitaan yang terkesan menakut-nakuti sehingga membuat masyarakat takut bersosialisasi dengan penyitas HIV/AIDS.

“Yang akhirnya menjadi paradigma dan persepsi yang salah di masyarakat. Karena kita tidak pernah tahu siapa pun yang terkana HIV/AIDS,” ujar Reza.

Peserta diskusi lainnya Tinike Harsono menilai peran media dalam menginformasikan HIV/AIDS sangat dibutuhkan. Dia menyayangkan beberapa media kerap kali membentuk paradigma yang menyeramkan dalam pemberitaan tentang pengobatan HIV/AIDS.

“Ada media yang memberitakan jika mejalani terapi ada efek samping yang menyeramkan. Itu informasi yang salah dan harus diluruskan. Jadi orang itu tidak takut lagi dan memulai terapi,” ujar Tinike.

Dia meminta untuk masyarakat agar tidak menjauhi penyitas HIV/AIDS. Misalnya, kata dia, seperti yang dilakukan yayasan Karisma yang turut memfasilitasi akses layanan kesehatan untuk penyitas HIV/AIDS.

“Kalau bisa dibantu jangan dijauhi,” ucap dia.

Sebagai informasi, Yayasan Karisma adalah organisasi  kemasyarakatan yang sangat peduli dalam menyikapi meningkatnya ancaman bahaya akibat adiksi dan HIV/AIDS.

Jurnalis: Syahruddin Akbar