JAKARTA – Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan mudahnya penularan virus TBC menjadi salah satu alasan melonjaknya angka TBC setiap tahun.
“Bakteri TB ditularkan melalui droplet yang terinfeksi di udara. Seseorang penderita TBC dapat menularkan bakteri melalui bersin, batuk, berbicara, dan nyanyian,” ucap Maxi Rein Rondonuwu saat menjadi pembicara di webinar Political and Policy Public Studies (P3S) bertajuk ‘Langkah Preventif Pemerintah terhadap penyakit TBC di Indonesia’, Senin (5/6/2023).
Dalam penjelasannya, Maxi Rein Rondonuwu menyatakan bahwa seseorang dengan sistem kekebalan yang baik mungkin tidak mengalami gejala tuberkulosis (TB), bahkan jika mereka terinfeksi oleh bakteri penyebab TB.
Dia mengungkapkan saat ini pemerintah sedang mengembangkan vaksin TB untuk dewasa sebagai salah satu upaya pencegahan jangka panjang.
“Saat ini sedang tahap uji klinis. Jika nanti sudah ada (vaksin) akan menjadi program nasional,” ujar Maxi.
Untuk meningkatkan deteksi kasus TB, kata dia, pemerintah Indonesia telah menerapkan sistem pelaporan terintegrasi yang melibatkan puskesmas, klinik, dan rumah sakit.
“Jika pemerintah daerah tidak melaporkan kasus TB, mereka akan menghadapi penurunan Dana Alokasi Umum maupun Dana Alokasi Khusus yang bersumber dari APBN. Rumah sakit yang tidak melaporkan kasus TB akan menghadapi penurunan akreditasi dan dampak terkait dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS),” pungkas dia.
Direktur P3S Jerry Massie mengatakan P3S ingin memberikan sumbangan pemikiran terutama dalam mencegah TBC. Apalagi TBC Indonesia menduduki peringkat kedua dunia dengan angka TBC tertinggi.
“Ada sekitar 10 juta orang di seluruh dunia yang menderita TBC dan penyakit ini menyebabkan sekitar 1,2 juta orang meninggal setiap tahun. Sayangnya, Indonesia termasuk dalam daftar negara dengan beban TBC tertinggi di dunia,” kata Jerry.
Jurnalis: Dirham
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan