JAKARTA – Koordinator Maju Perempuan Indonesia (MPI), Lena Maryana Mukti meminta agar segenap elemen bangsa tidak menutup mata atas realita miris anak-anak Indonesia.
“Anak-anak adalah aset masa depan bangsa. Negara harus hadir dan kita harus membangun kesadaran menyelamatkan mereka. Edukasi moral dan budi pekerti pada anak-anak masih tertinggal dari urusan teknologi digital yang begitu melesat,” katanya dalam sambutan kegiatan webinar Hari Anak Nasional 2022 hasil kolaborasi MPI dan Dharma Wanita Persatuan KBRI (Kuwait City), Sabtu (23/7/2022).
Dalam webinar bertajuk “Memperkuat Kehadiran Negara dalam Penyelamatan Masa Depan Anak Indonesia” Lena menyebut peran pemerintah dan masyarakat terhadap kesejahteraan dan masa depan anak Indonesia masih perlu terus ditingkatkan.
“Orang tua adalah pendidik pertama dan utama anak-anak. Mereka meng-copy sikap orang dewasa. Oleh sebab itu, jadilah contoh yang baik,” ucap dia.
Deputi Kemenko PMK RI Femmy yang juga mengikuti webinar menyampaikan faktor-faktor yang mensinyalir disparitas pada hak anak.
“Kasus kekerasan seksual pada anak yang masih banyak terjadi perlu langkah pencegahan. Begitu juga kasus anak merokok yang jumlahnya makin meningkat. Peran keluarga sangat penting dalam memproteksi anak dari bahaya tersebut,” ujar Femmy.
Menurutnya, keluarga harus mampu menjadi pendengar yang baik bagi anak, membangun kedekatan emosional, dan mengawasi tontonan anak. Ia juga menyampaikan pentingnya edukasi tentang risiko perkawinan di bawah umur dan bahaya pergaulan bebas.
“Keterampilan anak harus diberi ruang yang luas dan perangkat yang mendukung agar aktivitas mereka dapat tersalurkan kepada hal yang benar,” katanya.
Sementara Prof Endang menyinggung masalah stunting yang menjadi salah satu cikal bakal penghambat kesejahteraan anak.
“1000 hari pertama kehidupan sangat menentukan risiko terjadinya penyakit. Sebab pada periode tersebut, terutama di dalam kandungan, dimulainya pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh. Jika periode ini tidak dilalui dengan baik maka akan menimbulkan penyakit yang bersifat permanen,” jelas dia.
Selain itu, kata dia, juga berdampak pada pembentukan kecerdasan dan risiko penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, hipertensi, stroke, pada usia dewasa, dan stunting pada anak-anak.
“Nah inilah yang menyebabkan kita melahirkan generasi lemah karena kecerdasan yang rendah sehingga mengurangi produktivitas,” tuturnya.
Jurnalis: Agung Nugroho
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan