JAKARTA- Mantan pentolan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab meminta masyarakat untuk mengikuti keputusan pemerintah terkait dengan penetapan 1 Syawal 1444 Hijriah atau hari raya Idulfitri 1444 H.
“Bagi masyarakat awam yang enggak ngerti hisab, yang enggak ngerti rukyat, enggak ngerti falak, ikuti saja pengumuman pemerintah. Selesai. Enggak pusing kita saudara,” ujar Rizieq dalam ceramah yang diunggah akun Youtube Islamic Brotherhood Television (IBTV), Rabu (19/4/2023).
Rizieq mengajak masyarakat untuk tidak panik, bingung dan gundah gulana dalam menyikapi perbedaan penetapan hari raya Idulfitri 1444 H. Sebab, beberapa kalangan mempunyai metode sendiri dalam menentukan penetapan tersebut.
“Belajarlah kita menikmati perbedaan pendapat, belajarlah lapangkan dada kita saudara, belajarlah kita untuk bisa menghormati saudara-saudara kita yang berbeda dengan kita, selama mereka punya dalil yang bisa dipertanggungjawabkan. Jangan sok merasa benar sendiri,” ucap dia.
Muhammadiyah Tetapkan Lebaran 21 April
Rizieq turut menjelaskan metode hisab dan rukyat dalam menentukan bulan hijriah pada ceramahnya tersebut. Selain metode, terang dia, persoalan kriteria juga menjadi dasar penetapan bulan hijriah bisa berbeda.
“Bagi yang hisab ini sendiri saudara belum tentu semuanya lebarannya Jumat, ada yang pakai hisab lebarannya tetap Sabtu saudara. Lho kenapa bisa? Jadi, kalau orang pakai hisab terus dia punya kriteria yang wujudul hilal, kalau hilal sudah kelihatan di atas 0 derajat, dia tanggal baru. Kalau kriterianya seperti itu, Jumat lebaran,” tutur Rizieq.
“Tapi, ada yang hitung hisab ini hilalnya ada yang masih di bawah 2 derajat, jadi bagi mereka di bawah 2 derajat itu bukan tanggal baru karena dalam ilmu Imkanur Rukyat di bawah 2 derajat enggak mungkin bulan kelihatan, sehingga dengan ilmu hisab juga mereka bisa membulatkan bulan Ramadan menjadi 30[hari. Artinya, berdasarkan hisab pun mereka bisa menetapkan Ramadan hari Sabtu,” imbuhnya.
Hal yang sama bisa terjadi saat menggunakan metode rukyat dalam menentukan bulan hijriah.
“Rukyat pun bisa berbeda. Walaupun sama-sama ngelihat, besok liat bulan saudara, katakan ada yang liat, begitu ada yang liat belum tentu juga dipakai penglihatannya saudara. Kenapa? Kalau yang diliat bulan itu ada, tapi bulan itungannya 2 derajat, sementara dia punya kriteria 3 derajat, tetap saja belum masuk bulan baru menurut kriterianya,” kata dia.
Meskipun demikian, Rizieq menyatakan bagi setiap orang yang mengerti hisab, rukyat dan falak untuk menentukan bulan hijriah, mereka mempunyai hak menjalani sesuai dengan keyakinannya.
“Enggak boleh diganggu oleh siapa pun, termasuk oleh pemerintah sekali pun saudara,” tandasnya.
Jurnalis: Agung Nugroho
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan